Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Sofyan Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memanasnya ketegangan di kawasan Timur Tengah telah memicu volatilitas di bursa saham global. Apalagi setelah Presiden AS Donald Trump mengancam untuk meluncurkan serangan rudal ke Suriah sehingga menimbulkan gejolak di pasar. Ini dinilai sebagai saat yang tepat untuk masuk dalam perdagangan indeks saham global.
“Kalau seperti sekarang, ini waktu yang terbaik untuk masuk,” ungkap Ariston Tjendra, Kepala Riset PT Monex Investindo Futures kepada Kontan.co.id, Kamis (12/4).
Menurutnya jual beli kontrak indeks saham ini berbeda dengan transaksi saham. Dengan sistem kontrak naik atau turunnya harga tidak menjadi masalah. Justru pergerakan harga yang cukup besar ini memberi peluang untuk mengambil keuntungan yang lebih besar.
Kata Ariston di antara pasar saham dunia, ancaman AS ini akan berpengaruh pada pasar saham di AS seperti indeks Dow Jones Industrial Average, indeks S&P 500 dan indeks Nasdaq. Kemudian isu perang dagang yang masih juga mengangkat volatlitas pasar saham Hong Kong melalui indeks Hang Seng dan pasar saham Jepang melalui indeks Nikkei.
Namun meski begitu menurutnya volatilitas pasar global pada kuartal II tidak akan setinggi kuartal sebelumnya. Hingga akhir Juni nanti akan ada beberapa peristiwa yang bisa menjadi penopang sekaligus penahan indeks. Indeks bisa mendapatkan sokongan dari pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden Korea Utara Kim Jong Un tetapi tetap tertahan rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral AS.
“Kalau kuartal I kemarin kan bubble indeks di awal tahun yang menjadi penyumbang terbesar kenaikan,” tandasnya.
Asal tahu saja, selama kuartal I 2018 indeks Hang Seng tercatat memiliki volatilitas paling tinggi. rata-rata mencapai 574,55 poin. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2017 kenaikannya telah mencapai 53%. Jumlah tersebut juga jauh lebih tinggi dari pergerakan rata-rata sepanjang tahun 2017 lalu yang hanya berada di kisaran 270,65 poin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News