kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.469.000   5.000   0,34%
  • USD/IDR 15.414   -145,00   -0,95%
  • IDX 7.523   -40,15   -0,53%
  • KOMPAS100 1.169   -5,75   -0,49%
  • LQ45 935   -3,52   -0,38%
  • ISSI 227   -0,92   -0,40%
  • IDX30 482   -1,46   -0,30%
  • IDXHIDIV20 579   -1,69   -0,29%
  • IDX80 133   -0,56   -0,42%
  • IDXV30 142   0,41   0,29%
  • IDXQ30 161   -0,37   -0,23%

Konflik Timur Tengah Dongkrak Harga Minyak Mentah Meski Stok AS Meningkat


Kamis, 03 Oktober 2024 / 05:51 WIB
Konflik Timur Tengah Dongkrak Harga Minyak Mentah Meski Stok AS Meningkat
ILUSTRASI. Harga minyak mentah. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - Harga minyak naik pada hari Rabu (2/10) karena kekhawatiran bahwa eskalasi konflik di Timur Tengah dapat mengancam pasokan minyak dari kawasan penghasil terbesar dunia.

Namun, kenaikan ini dibatasi oleh peningkatan besar dalam persediaan minyak mentah AS.

Melansir Reuters, harga minyak Brent naik 34 sen atau 0,46% menjadi US$73,90 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 27 sen, atau 0,39%, menjadi US$70,10 per barel.

Baca Juga: Harga Minyak Mentah Bisa Lepas Landas Jika Israel Serang Balik Iran

Pada hari Selasa (1/10), Iran menembakkan lebih dari 180 misil ke Israel dalam serangan langsung terbesar yang pernah dilakukan terhadap negara itu.

Israel dan Amerika Serikat (AS) berjanji akan melakukan pembalasan, menunjukkan bahwa konflik di wilayah tersebut semakin memanas.

Pembalasan Israel mungkin termasuk menargetkan fasilitas produksi minyak Iran serta lokasi strategis lainnya, seperti dilaporkan oleh situs berita AS Axios pada hari Rabu, mengutip pejabat Israel.

Pada hari Rabu, Iran menyatakan serangan misil terhadap Israel telah berakhir kecuali ada provokasi lebih lanjut.

Iran juga menambahkan bahwa setiap tanggapan dari Israel akan dibalas dengan penghancuran besar-besaran.

Baca Juga: Ketegangan Memuncak: Israel Mengirim Pasukan ke Lebanon Pasca Serangan Rudal Iran

Serangan terhadap infrastruktur minyak Iran dapat memicu Teheran untuk menyerang fasilitas minyak Saudi, seperti yang terjadi pada 2019 di fasilitas pengolahan minyak mentah di sana, menurut Tamas Varga dari broker minyak PVM.

"Setiap peristiwa seperti ini akan membuat harga minyak melonjak tajam," katanya.

Dalam eskalasi lain, militer Israel pada hari Rabu mengirim unit infanteri reguler dan unit lapis baja untuk bergabung dalam operasi darat di Lebanon selatan melawan Hezbollah yang didukung Iran.

Pada pertemuan Dewan Keamanan PBB mengenai Timur Tengah, Israel dan Iran saling mengancam akan melakukan pembalasan jika diserang.

"Jika Iran melakukan eskalasi besar-besaran, AS mungkin akan terlibat dalam perang," tulis Capital Economics dalam sebuah catatan.

"Iran menyumbang sekitar 4% dari produksi minyak global, tetapi pertimbangan penting adalah apakah Arab Saudi akan meningkatkan produksi jika pasokan Iran terganggu."

Baca Juga: Israel Targetkan Fasilitas Minyak atau Bahkan Situs Nuklir Iran

Stok minyak mentah AS meningkat

Produksi minyak Iran naik ke level tertinggi dalam enam tahun, mencapai 3,7 juta barel per hari pada bulan Agustus, menurut analis ANZ.

Namun, beberapa keuntungan tersebut terkompensasi oleh peningkatan persediaan minyak mentah AS sebesar 3,9 juta barel menjadi 417 juta barel pada pekan yang berakhir 27 September, menurut Badan Informasi Energi AS (EIA).

Ini lebih tinggi dari perkiraan analis dalam jajak pendapat Reuters, yang memperkirakan penurunan 1,3 juta barel. Stok bensin juga meningkat pekan lalu, sementara persediaan distilat menurun.

Baca Juga: Dukungan Amerika terhadap Invasi Darat Israel ke Lebanon Memicu Kekhawatiran Global

"Saat kita memasuki musim pemeliharaan kilang, penurunan aktivitas pengolahan minyak telah menyebabkan peningkatan persediaan minyak mentah," kata Matt Smith, analis utama minyak di Kpler.

Dalam pertemuan pada hari Rabu, para menteri utama OPEC+ memutuskan untuk mempertahankan kebijakan produksi minyak. Kelompok ini berencana menaikkan produksi sebesar 180.000 barel per hari setiap bulan mulai Desember.

"Setiap indikasi bahwa kenaikan produksi akan terus berjalan dapat mengimbangi kekhawatiran mengenai gangguan pasokan di Timur Tengah," kata analis ANZ.

The Wall Street Journal melaporkan pada hari Rabu bahwa menteri minyak Saudi memperingatkan bahwa harga minyak bisa turun hingga US$50 per barel jika anggota OPEC+ tidak mematuhi pemotongan produksi yang telah disepakati.

OPEC membantah klaim ini, menyebut laporan tersebut "sepenuhnya tidak akurat dan menyesatkan."

Selanjutnya: Belanja Pemerintah Jadi Amunisi Ekonomi Akhir Tahun

Menarik Dibaca: Inilah Regulasi AI di Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES)

[X]
×