kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   12.000   0,83%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Konflik Libya buat harga minyak makin panas


Selasa, 22 Maret 2011 / 06:37 WIB
Konflik Libya buat harga minyak makin panas
ILUSTRASI. The Innocence File


Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex untuk kontrak perdagangan Mei 2011 pada pukul 16.30, kemarin (21/3) mencapai US$ 103,51 per barrel.

Dibanding akhir pekan lalu, harga minyak kemarin mengalami kenaikan sebesar 1,63% yang berada di posisi US$ 101,85 per barel pada Jumat (18/3).
Iwan Cahyo, analis First state Futures berpendapat konflik timur tengah memang sangat sensitif bagi harga minyak. "Kondisi fundamental ekonomi akan sulit membendung pergerakan harga minyak bila dalam situasi seperti ini," kata Iwan.

Saat ini praktis tidak ada aktivitas pengiriman minyak dari Libya. Padahal salah satu negara tujuan ekspor dari minyak Libya adalah Amerika Serikat, yang tak lain adalah negara yang paling getol mendukung gerakan "invasi" terhadap Libya.

Sementara itu, Alwi Assegaf, analis Universal broker, memandang dari sisi teknikal kenaikan minyak ini wajar. "Harga minyak saat ini sedang dalam trend golden growth," kata Alwi. Jadi kemungkinan untuk terus berada di trend bullish sangat besar.

Tapi, harga minyak akan masih tergantung kepada kondisi yang terjadi di timur tengah. Jadi bisa saja dalam pekan ini mengalami koreksi apabila terjadi perubahan kondisi dari Libya.

"Dengan kondisi timur tengah dan Afrika utara seperti ini, ditambah dollar melemah maka sangat sulit minyak turun," kata Iwan. Untuk pekan ini, Iwan menargetkan minyak bisa menembus level US$ 104 per barel.

Melihat berbagai potensi konflik yang lebih luas itu, Iwan memprediksi dalam waktu dekat ini harga minyak tidak akan melemah. "Setidaknya dalam jangka pendek ini harga minyak masih akan di atas US$ 100 per barel," kata Iwan.

Sementara Alwi menilai trend bullish masih akan terjadi bukan hanya jangka pendek tetapi juga jangka menengah. "Hingga kuartal ke dua ini masih akan naik," kata Alwi. Selain dari sisi teknikal permintaan minyak juga diperkirakan masih tinggi, apalagi ditambah dengan inflasi yang yang melanda harga-harga pangan, ini bisa mendukung permintaan akan minyak semakin besar.

Untuk minggu ini Alwi memperkirakan minyak akan bergerak di kisaran harga US$ 100- US$ 106 per barrel. "Kalau tidak menembus 106, maka punya peluang untuk kembali terkoreksi, dari sisi teknikal seperti itu," ujar Alwi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP) Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×