kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Komisaris Tiga Pilar (AISA) aktif dekati kreditur jelang RUPS


Senin, 15 Oktober 2018 / 17:19 WIB
Komisaris Tiga Pilar (AISA) aktif dekati kreditur jelang RUPS
ILUSTRASI. Produk PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mendekati pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) 22 Oktober 2018, Dewan Komisaris PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) makin aktif berkomunikasi dengan para kreditur. Tujuannya, saat manajemen baru terbentuk, perusahaan bisa mendapatkan keringan untuk melakukan restrukturisasi utang.

Kuasa Dewan Komisaris AISA yang ditunjuk pada 10 Agustus 2018, Hengky Koestanto menjelaskan, pihaknya memiliki daftar pinjaman perusahaan dengan total Rp 4,54 triliun. Pihaknya pun telah bertemu dengan seluruh kreditur yang sebagian besar adalah bank-bank asing.

"Sudah ketemu, tapi informal. Respon mereka juga positif," kata Hengky kepada Kontan, Senin (15/10).

Hengky juga menegaskan, bahwa pihaknya akan berupaya untuk mendorong restrukturisasi utang perusahaan itu. "Yang pasti, kami tidak mau pailit, kami mau restrukturisasi," jelasnya.

Sebagai informasi, pemilik bond holder AISA saat ini adalah PT Sinarmas dengan kepemilikan Rp 900 miliar dari total pinjaman Obligasi dan sukuk mencapai Rp 2,1 triliun. Selebihnya, Rp 2,44 triliun pinjaman AISA berasa dari 8 bank asing dan 1 bank domestik.

Meskipun sudah bertemu secara informal dengah pihak kreditur, Hengky mengaku pembicaraan terkait restrukturiasasi utang belum terlalu jauh. Emiten itu juga belum membahas apakah akan meminta perpanjangan waktu untuk membayar utang, me-convert bond menjadi ekuitas, atau bahkan upaya-upaya lainnya.

"Kita belum bahas sampai sejauh itu, tunggu momennya. Hanya saja (pembahasan) lebih banyak dari sisi perpajakan di hold," ungkapnya saat ditemui beberapa hari lalu.

Adapun pinjaman yang diperoleh AISA dari bank, yakni Bank UOB dengan pinjaman Rp 250 miliar, Maybank Rp 450 miliar, Rabobank Rp 600 miliar, MUFG Rp 225 miliar, Bank DBS Rp 88 miliar, Bank Standard Chartered Rp 88 miliar, JP Morgan Rp 331 miliar, Citibank Rp 407 miliar dan dari BRI Syariah sebanyak Rp 6 miliar. Dari jumlah tersebut, sebanyak US$ 300 juta merupakan pinjaman dalam mata uang asing yang sudah diconvert dengan kurs Rp 15.150 per dolar AS.

Sementara itu, meskipun AISA saat ini memiliki pinjaman hingga Rp 4,54 triliun berdasarkan laporan keuangan Desember 2017, namun perusahaan juga masih memiliki piutang atau potensi aset lancar Rp 4,23 triliun.

Rinciannya, adalah piutang usaha Rp 2,11 triliun, Piutang dari Jom Prawarsa saat akuisisi Golden Plantation sebesar Rp 521 miliar, Uang muka ke Jom Prawarsa Rp 200 miliar dan Persediaan aset lancar Rp 1,40 triliun.

Berdasarkan catatan Ditjen AHU per 6 September 2018, kepemilikan Jom Prawarsa 80% dikuasai oleh Joko Mogoginta yang menjabat sebagai Direktur Utama AISA di 2017. Sedangkan sisanya, 20% dimiliki oleh Fanny Virgoria yang merupakan istri dari Joko.

Sebelumnya, Head of Corporate Finance AISA Yulianni Liyuwardi mengungkapkan bahwa pihaknya memang tengah melakukan restrukturisasi utang. Ke depannya, AISA juga merencanakan untuk menerbitkan aksi korporasi untuk menguatkan kondisi keuangan perusahaan itu,

"Proses restrukturisasi yang kami rencanakan dan jalankan ini tidak lepas dari upaya untuk menguatkan keuangan perusahaan, baik dari sisi loan dan juga equitynya," ungkapnya (5/10).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×