Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Biaya iklan dan promosi menjadi komponen wajib bagi suatu emiten barang konsumsi untuk mempromosikan produknya. Tak jarang, emiten merogoh kocek yang cukup dalam untuk belanja iklan dan promosi.
PT Kino Indonesia Tbk (KINO) misalnya, mengeluarkan biaya iklan dan promosi sebesar Rp 555,13 miliar hingga kuartal ketiga 2020. Jumlah ini menurun dari beban iklan dan promosi di periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 703,15 miliar.
Ini berarti, biaya iklan dan promosi mencapai 17,84% dari total penjualan KINO di kuartal ketiga 2020 yang mencapai Rp 3,11 triliun.
Direktur Keuangan Kino Indonesia Budi Muljono mengungkapkan, biaya iklan dan promosi tentunya disesuaikan dengan kondisi pasar. Penurunan biaya iklan dan promosi di kuartal ketiga bukan dalam rangka efisiensi biaya melainkan lebih kepada strategi smart spending.
Baca Juga: Terkontraksi sejak awal tahun, begini rekomendasi saham barang konsumsi
Dia mencontohkan, secara umum segmen produk kecantikan mengalami pukulan berat sebagai dampak langsung dari kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Aktivitas keluar ke kantor atau ke tempat umum sangat dibatasi dan masyarakat diwajibkan menggunakan masker.
Dus, hal ini tentunya akan sangat mengurangi penggunaan produk-produk kecantikan. Alhasil, meskipun jika KINO terus mengeluarkan biaya iklan dan promosi di segmen tersebut, tentunya manfaat pun akan sangat kecil dan tidak akan sebanding dengan pengeluaran.
Oleh karena, KINO akan menyesuaikan dengan situasi. Jika situasi mulai membaik dan spending biaya iklan dapat membantu meningkatkan penjualan dengan proporsi yang baik, pihaknya akan berani mematok pengeluaran yang lebih besar.
Baca Juga: Selama pandemi, belanja iklan dan promosi emiten barang konsumsi tetap tinggi
“Yang pasti kami sebagai perusahaan akan tetap prudent dalam berbisnis dimana semua pengeluaran telah kami perhitungkan dengan detail dari segi manfaat dan risikonya,” ujar Budi kepada Kontan.co.id, Senin (15/3).
Untuk menjaga margin, KINO melakukan berbagai kombinasi usaha di segala sisi, baik dari segi efisiensi biaya maupun harga. Namun semua itu akan terus melihat kondisi lapangan. Budi bilang, menaikkan harga di tengah kondisi daya beli yang belum pulih mungkin bukan merupakan momen yang tepat.
Baca Juga: IHSG Masih Akan Fluktuatif, Cermati Saham Perbankan, Konsumer, dan Konstruksi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News