Reporter: Muhammad Julian | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebagian pelaku industri fast moving consumer goods (FMCG) memprediksi pasar barang-barang konsumer belum akan membaik di tahun 2020.
PT Kino Indonesia Tbk misalnya, emiten yang memiliki kode saham KINO tersebut memperkirakan kondisi pasar barang-barang konsumer secara umum tidak akan jauh berbeda dengan tahun ini.
Meski demikian, hal ini tidak lantas menyurutkan optimisme KINO sebagai salah satu pelaku industri barang-barang konsumer.
Direktur Keuangan PT Kino Indonesia Tbk, Budi Muljono mengatakan, KINO memiliki ketahanan yang relatif lebih baik dalam hal menghadapi kelesuan pasar barang konsumer dibanding kompetitornya.
Menurut Budi, KINO memiliki produk-produk seperti misalnya vitamin rambut yang masih memiliki tingkat penetrasi industri rendah di segmen perawatan dan pemeliharaan tubuh (personal care). Dengan demikian, produk segmen personal care KINO masih memiliki potensi pertumbuhan (upside) yang besar.
Hal ini berbeda apabila dibandingkan dengan produk-produk konsumer lain miliki kompetitor yang umumnya sudah berada pada fase mature.
Penjualan dari produk-produk yang demikian sangat bergantung pada faktor pasar ataupun industri seperti misalnya kenaikan harga, daya beli konsumen, iklan yang dilancarkan pelaku usaha, serta kemampuan perusahaan untuk berinovasi dalam menciptakan produk.
Selain itu, segmen personal care secara umum juga dinilai memiliki tingkat ketahanan yang lebih stabil terhadap gejolak industri. “Konsumen cenderung lebih berani untuk spending apabila sudah nyaman dengan satu brand,” jelas Budi kepada Kontan.co.id, Minggu (27/10).
Sementara itu, segmen personal care memiliki porsi yang cukup besar dan terus mengalami pertumbuhan dalam total penjualan KINO. Pada semester I 2019 misalnya, penjualan segmen personal care tercatat sebesar Rp 1,09 triliun atau setara dengan 49,03% total penjualan sebesar Rp 2,22 triliun.
Sementara itu, sekitar 50,97% sisanya terbagi pada segmen-segmen lainnya yang meliputi makanan, minuman, farmasi, dan makanan hewan. Apabila dibandingkan, penjualan segmen personal care juga bertumbuh secara tahunan (year-on-year/yoy) sebesar 33,71% dari yang semula Rp 815,11 miliar di semester I 2018.
Selain itu, KINO juga berencana memperbesar porsi ekspor perseroan serta memperluas pangsa pasar. Namun demikian, Budi belum mau menyebutkan besaran porsi ekspor yang ingin dikejar maupun tujuan ekspor yang dibidik lantaran berkaitan dengan strategi perusahaan.
Asal tahu saja, saat ini porsi ekspor dalam total penjualan KINO sudah melebihi 10%. Adapun negara yang dijadikan sebagai tujuan ekspor sejauh ini meliputi Malaysia, Vietnam, Filipina, dan Kamboja.
Oleh karenanya, kelesuan pasar barang-barang konsumer tidak menghambat rencana perseroan untuk terus melakukan ekspansi. Menurut keterangan Budi, perseroan berencana akan menganggarkan belanja modal (capital expediture/capex) sebesar Rp 300 miliar.
Sebagian besar dari capex yang dianggarkan akan digunakan untuk menambah kapasitas produksi perseroan. Sayangnya, Budi belum mau membeberkan seberapa besar penambahan kapasitas produksi yang ingin dikejar.
“Kapasitas akan dinaikkan, tapi untuk berapa persen kami tidak dapat menyebutkan angka,” ujar Budi kepada Kontan.co.id.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News