kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kinerja Vale Indonesia (INCO) bisa tertekan jika tak mampu atasi sentimen ini


Senin, 29 Oktober 2018 / 21:39 WIB
Kinerja Vale Indonesia (INCO) bisa tertekan jika tak mampu atasi sentimen ini
ILUSTRASI. Produksi nikel PT Vale Indonesia Tbk (INCO)


Reporter: Dimas Andi | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Walau memiliki pertumbuhan kinerja keuangan yang apik hingga kuartal III 2018, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) tetap harus waspada terhadap tren kenaikan harga bahan bakar seperti minyak dan batubara serta sentimen negatif lainnya.

Analis NH Korindo Sekuritas, Firman Hidayat menyampaikan, bahan bakar menjadi kontributor terbesar pada harga pokok penjualan atau COGS milik INCO hingga kuartal III lalu, yakni sebesar 23%. Hal tersebut bisa menjadi penekan kinerja perusahaan mengingat saat ini harga minyak mentah maupun batubara dunia masih dalam tren bullish.

INCO pun perlu berkomitmen untuk melakukan berbagai upaya efisiensi beban bahan bakarnya. Salah satunya dengan menerapkan teknologi injeksi sehingga konsumsi bahan bakar dapat ditekan.

“Jika tidak segera dilakukan langkah antisipasi konkret, maka gross margin perusahaan terancam tergerus,” papar Firman, hari ini (29/10).

Dia melanjutkan, di atas kertas INCO memang masih bisa berharap oleh kenaikan ASP akibat efek dari kenaikan harga nikel yang berpotensi berlanjut. Akan tetapi, perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang masih terus berlangsung membuat tren kenaikan harga nikel belum bisa dipastikan kelanjutannya, bahkan bukan tidak mungkin terjadi perlambatan.

Untungnya, INCO telah memiliki kontrak penjualan jangka panjang dengan Vale Brazil dan Sumitomo Jepang, sehingga mayoritas hasil produksi INCO dapat dijual kepada dua perusahaan tersebut. Dengan demikian, efek perang dagang tidak dirasakan secara langsung karena China bukan tujuan utama penjualan ekspor nikel INCO.

Analis Indo Premier Sekuritas, Frederick Daniel Tanggela optimistis prospek industru nikel masih tetap positif sehingga bisa menopang kinerja INCO di masa mendatang. Ia mempertahankan asumsi harga nikel di kisaran US$ 13.000—US$ 14.000 per metrik ton hingga 2019 mendatang. Hal ini seiring dengan defisit pasokan yang masih berpotensi terjadi pada tahun depan.

Ia pun merekomendasikan beli saham INCO dengan target Rp 4.500 per saham. Ia memproyeksikan, INCO mampu membukukan penjualan sebesar US$ 805 juta dan laba bersih sebesar US$ 80 juta pada akhir tahun 2018.

Senada, Firman juga merekomendasikan beli saham INCO dengan target Rp 3.760 per saham. Hari ini, saham INCO ditutup melemah 3,68% ke level Rp 2.880 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×