Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indosat Tbk (ISAT) alias Indosat Ooredoo berhasil catatkan kinerja yang mengilap hingga kuartal ketiga 2021. Tercatat, emiten telekomunikasi ini membukukan pendapatan Rp 23,06 triliun atau tumbuh 11,96% dibandingkan dengan pendapatan periode sama tahun 2020 yang sebesar Rp 20,59 triliun.
Jika diperinci, segmen pendapatan seluler masih jadi yang paling dominan dengan berkontribusi 81,5% terhadap seluruh pendapatan. Realisasi tersebut naik 10,33% year on year (yoy) menjadi Rp 18,79 triliun.
Berikutnya, pendapatan Multimedia, Komunikasi Data, Internet (MIDI) juga meningkat 21,36% yoy menjadi Rp 3,84 triliun. Sementara pendapatan telekomunikasi tetap juga naik 6,92% yoy menjadi Rp 422,87 miliar.
Adapun, dari sisi bottom line, ISAT juga berhasil mencatatkan laba Rp 5,8 triliun. Perolehan tersebut berbanding terbalik dengan periode sama tahun sebelumnya yang justru mencatatkan rugi bersih Rp 457,5 miliar.
Baca Juga: Usai merger, kinerja Indosat (ISAT) diproyeksikan lebih mengilap
Analis Henan Putihrai Sekuritas Steven Gunawan kinerja top line ISAT sejauh ini sudah sejalan dengan proyeksinya karena telah memenuhi 76% dari perkiraan tahun ini. Sementara dari sisi bottom line, menurutnya, perolehan laba bersih ISAT didapat dari transaksi jual dan sewa-balik menara telekomunikasinya sejumlah 4.247 unit kepada PT EPID Menara AssetCo.
Di satu sisi, walaupun membukukan laba, Steven menyebut, sebenarnya ISAT masih mengalami kerugian bersih Rp367 miliar apabila Laba Setelah Pajak dinormalisasi dengan mengecualikan transaksi yang disebutkan di atas.
“Tetapi di sisi lain, kami mengekspektasikan profitabilitas ISAT pada 2022 dan 2023 mendatang dapat bertumbuh lebih lanjut. Hal ini seiring dengan selesainya proses merger dan sinerginya dengan Hutchison 3 Indonesia (H3I),” kata Steven dalam risetnya hari ini, Selasa (2/11).
Baca Juga: Indosat (ISAT) Membukukan Laba Bersih Rp 5,8 Triliun di Kuartal III-2021
Lewat sinergi tersebut, dia mengekspektasikan laba operasional ISAT pada 2022 dan 2023 dapat bertumbuh sebesar masing-masing 39,3% dan 87,9% menjadi Rp5,3 triliun dan Rp 9,9 triliun. Hal ini seiring dengan total pendapatan konsolidasi yang diperkirakan juga meningkat 15,4% dan 46,8% menjadi Rp35,4 triliun dan Rp 46,6 triliun untuk tahun 2022 dan 2023.
Lebih lanjut, sinergi tersebut dinilai Steven diekspektasikan baru dapat memberikan dampak maksimal pada tahun 2024 – 2026 mendatang.
Dengan ekspektasi kinerja yang akan membaik, Steven pun mengerek target harga untuk ISAT dari Rp 6.550 per saham menjadi Rp 8.000 per saham. Target harga tersebut mengimplikasikan 3,6/3,3x dari 21/22F EV/EBITDA-nya. Dia masih mempertahankan rating hold untuk saham ISAT.
“Risiko untuk ISAT ke depan adalah proses konsolidasi pasca-merger dengan H3I dapat lebih cepat atau lebih lambat daripada yang kami ekspektasikan,” tutup Steven.
Baca Juga: Kenaikan pendapatan dan penurunan beban membuat Indosat (ISAT) keluar dari kerugian
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News