kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kinerja sejumlah emiten LQ45 masih positif, berikut rekomendasi saham dari NH Korindo


Rabu, 05 Agustus 2020 / 10:56 WIB
Kinerja sejumlah emiten LQ45 masih positif, berikut rekomendasi saham dari NH Korindo
ILUSTRASI. Refleksi layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia Jakarta, Selasa (4/8). Pada penutupan perdagangan saham, Selasa (4/8/2020), IHSG ditutup naik 68,77 poin atau 1,37 persen ke posisi 5.075,00. Sementara, indeks saham LQ45 juga menguat 2,01 persen ke


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mayoritas emiten anggota indeks LQ45 mencatatkan penurunan kinerja pada paruh pertama tahun ini. Dari 33 emiten yang sudah merilis laporan keuangan periode Januari-Juni 2020, hanya tujuh perusahaan yang membukukan kenaikan pendapatan dan perbaikan laba bersih.

Tujuh emiten tersebut adalah PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR).

Baca Juga: IHSG turun ke 5.065 di pembukaan Rabu (5/9), saham BBCA, MDKA dan BBRI paling diburu

Kemudian, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) hanya menorehkan pertumbuhan pendapatan. Sementara itu, PT Astra International Tbk (ASII), PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA), PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP), serta PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) hanya membukukan kenaikan laba bersih.

Berdasarkan laporan keuangan yang Kontan.co.id himpun, penurunan pendapatan mayoritas emiten LQ45 berkisar antara 3%-51% year on year (yoy). Sementara itu, penurunan laba bersihnya berada dalam rentang 2%-93% yoy.

Kepala Riset NH Korindo Sekuritas Anggaraksa Arismunandar mengatakan, kenaikan pendapatan maupun laba bersih yang terjadi pada emiten barang konsumsi seperti KLBF, GGRM, ICBP, INDF, dan UNVR memang sesuai ekspektasinya. Ini sejalan dengan karakteristik bisnis barang konsumsi yang tahan terhadap krisis atau bersifat defensif.

Begitu juga halnya dengan emiten sektor menara telekomunikasi, yakni TBIG dan TOWR yang mendapatkan keuntungan dari kebijakan social distancing. Pasalnya, pembatasan sosial ini menimbulkan kenaikan permintaan terhadap akses data.

Baca Juga: Saham LQ45: IHSG bangkit, saham PTPP, LPPF, WIKA turun paling dalam

"Hal ini juga yang menyebabkan naiknya tenancy ratio untuk perusahaan menara telekomunikasi. Apalagi TOWR sudah mulai menuai hasil pendapatan dari akuisisi menara milik XL Axiata," tutur Angga saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (4/8).

Di sisi lain, ada satu emiten yang memperlihatkan kinerja di luar ekspektasinya, yakni Erajaya Swasembada. Menurut Angga, penutupan pusat perbelanjaan ternyata hanya berimbas sedikit bagi penurunan pendapatan.

Buktinya, pada semester 1-2020, ERAA mencatatkan penurunan pendapatan 6,3% yoy menjadi Rp 14,46 triliun dan membukukan kenaikan laba bersih 3,9% yoy menjadi Rp 113,42 miliar. "Kenaikan penjualan daring serta penurunan beban pokok penjualan menjadi faktor keberhasilan ERAA membukukan kenaikan laba bersih tersebut," ucap Angga.

Terkait dengan prospek saham ke depannya, Angga juga masih menjagokan beberapa emiten dari sektor telekomunikasi, barang konsumsi, dan semen. Menurut dia, saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT XL Axiata Tbk (EXCL), GGRM, dan SMGR menarik untuk dikoleksi.

Baca Juga: IHSG bakal bergerak sideways, ini rekomendasi saham dari Samuel Sekuritas di hari ini

Angga mengatakan, TLKM dan EXCL dalam beberapa waktu belakangan ini sedang dilanda aksi jual masif dari investor asing. Alhasil, ini menjadi peluang menarik untuk mengakumulasi sahamnya karena prospek bisnis dua perusahaan ini masih baik seiring naiknya kebutuhan akses data.

Sementara GGRM dinilai menarik karena masih mampu membukukan kenaikan pendapatan dan pangsa pasar di tengah pandemi. "Valuasinya juga masih atraktif dan histori dividen cukup stabil dengan yield menarik," kata dia.

Kemudian, SMGR menarik untuk dikoleksi karena berhasil melakukan strategi efisiensi dengan baik pada semester 1-2020. Ini ditandai dengan penurunan beban pokok penjualan serta beban keuangan sehingga bisa membukukan kenaikan laba bersih 26,3% yoy menjadi Rp 612,47 miliar.

Ia memasang target harga untuk TLKM di Rp 3.800 per saham, EXCL Rp 3.350, GGRM Rp 59.000, dan SMGR Rp 10.900 per saham.

Baca Juga: Saham big cap: IHSG rebound, cermati PER dan PBV saham big cap terbaru

Per Selasa (3/8), harga TLKM berada di level Rp 2.950 per saham, EXCL Rp 2.440, GGRM Rp 49.175, dan SMGR Rp 9.200 per saham. Menurut Angga, kenaikan realisasi program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dan pulihnya ekonomi China dapat menjadi sentimen positif bagi pergerakan saham LQ45 ke depannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×