kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.172   20,00   0,12%
  • IDX 7.060   76,41   1,09%
  • KOMPAS100 1.056   15,99   1,54%
  • LQ45 831   13,98   1,71%
  • ISSI 214   1,38   0,65%
  • IDX30 424   7,59   1,82%
  • IDXHIDIV20 511   8,76   1,75%
  • IDX80 120   1,83   1,54%
  • IDXV30 125   0,81   0,66%
  • IDXQ30 141   2,26   1,63%

Kinerja reksadana saham paling buruk sejak awal tahun


Senin, 02 Agustus 2021 / 20:31 WIB
Kinerja reksadana saham paling buruk sejak awal tahun
ILUSTRASI. Kinerja reksadana saham yang tercermin dari Infovesta 90 Equity Fund Index, terkoreksi 9,32%.


Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reksadana saham menjadi reksadana yang berkinerja paling buruk sampai Juli 2021. Kinerja reksadana saham yang tercermin dari Infovesta 90 Equity Fund Index, terkoreksi 9,32%. Selanjutnya, reksadana campuran terkoreksi sebanyak 3,31%.

Reksadana pasar uang yang tercermin dari Infovesta 90 Money Market Fund Index berkinerja paling baik dengan return 1,94% selama tujuh bulan terakhir. Reksadana pendapatan tetap berkinerja kedua terbaik, dengan catatan return 1,91%.

Direktur Panin Asset Management Rudiyanto menilai baiknya kinerja reksadana pasar uang karena risikonya paling minim dan ditempatkan di deposito dan obligasi jangka pendek.

“Umumnya fluktuasi harga walaupun ada juga minimal sehingga kemungkinan besar akan selalu positif tiap tahunnya dengan imbal hasil sedikit di atas deposito,” kata Rudiyanto kepada Kontan.co.id, Senin (2/8).

Baca Juga: Aksi pencarian dana di pasar modal ramai, minat investor masih tinggi

Sementara itu, Rudiyanto menilai bahwa jebloknya kinerja reksadana saham tidak jauh dari kinerja saham big caps yang turun lebih dari 10%. Ini tercermin dari indeks saham LQ45 dan IDX30. Dia melihat tren saham teknologi atau terkait dengan teknologi masih berlangsung.

“Memang reksadana saham ada yang juga masuk ke sektor ini (teknologi) tapi secara umum bobotnya masih cenderung lebih banyak ke big caps sehingga kinerjanya mengikuti LQ45 dan IDX30 yang negatif,” kata Rudiyanto.

Sementara itu, untuk reksadana pendapatan tetap, Rudiyanto melihat bahwa di bulan Februari-Maret harga obligasi yang sempat turun karena adanya sentimen tapering. Tetapi saat ini sentimen tersebut seiring waktu semakin berkurang. Dia memperkirakan kebijakan dovish masih akan berlanjut.

Baca Juga: Ini penyebab saham perbankan big caps masih lesu sejak awal tahun

Dalam pengelolaan reksadana pendapatan teapi, Rudiyanto mengatakan bahwa jika harga obligasi terus naik, maka dia akan memilih obligasi pemerintah yang durasinya lebih pendek dan atau obligasi korporasi yang berkualitas.

Untuk pengelolaan reksadana saham, Rudiyanto menjelaskan bahwa dia akan mencoba mengidentifikasi saham-saham yang memiliki potensi earning surprise, seperti sektor komoditas dan siklikal yang bisnisnya pulih seiring dengan pelonggaran PPKM. “Untuk sektor teknologi atau terkait teknologi juga akan masuk tapi sifatnya lebih taktikal,” kata dia.

Rudiyanto melihat vaksinasi yang berjalan baik akan menjadi sentimen positif. Selain itu, di akhir tahun, dengan adanya sentimen positif dari IPO dari saham teknologi, IHSG berpeluang mencapai 6.700-6.800 di akhir tahun. Dia pun memperkirakan kenaikan harga obligasi masih akan berlanjut hingga akhir tahun.

Baca Juga: Sejumlah saham penghuni Indeks LQ45 masih laggard, begini prospek selanjutnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×