Reporter: Nur Qolbi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) membukukan pendapatan Rp 13,54 triliun pada 2022 atau meningkat 17,43% dibandingkan tahun 2021 yang sebesar Rp 11,53 triliun. Namun, laba bersih ADHI hanya sebesar Rp 81 miliar, tergolong kecil dibanding level sebelum Covid-91 yang sebesar Rp 500-Rp 600 miliar pada 2017-2019.
Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya mengatakan, realisasi kinerja ADHI sesuai dengan prediksinya. Pasalnya, Indonesia masih cukup dihantui pandemi Covid-19 pada tahun 2022 yang membuat aktivitas masyarakat terbatas sehingga wajar kinerjanya masih melambat dibandingkan sebelum pandemi.
Untuk tahun 2023, Cheril memperkirakan pendapatan dan laba bersih ADHI dapat tumbuh sebesar 5%-10%. Katalisnya berasal dari proyek LRT yang bakal beroperasi pada Juli 2023 yang diperkirakan dapat meningkatkan penjualan properti ADHI di sekitar lokasi transit.
Baca Juga: Pada Tahun Ini, Golden Energy Mines (GEMS) Targetkan Produksi 40 Juta Ton Batubara
"Di sisi lain, kenaikan suku bunga dan ketidakpastian tahun politik bisa membatasi pertumbuhan ADHI," ucap Cheril saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (29/3).
Dalam riset tanggal 4 Maret 2023, Analis Ciptadana Sekuritas Arief Budiman mengatakan, pertumbuhan pendapatan ADHI pada 2022 sebesar 100% sesuai dengan ekspektasinya. Namun, laba operasi pada tahun lalu hanya naik 1% year on year (yoy) menjadi Rp 1,49 triliun.
Hal ini disebabkan oleh margin yang menyusut secara keseluruhan akibat biaya pendapatan yang lebih tinggi 20% yoy dan opex yang naik 14% yoy. Meskipun begitu, profitabilitas ADHI didukung oleh penurunan beban bunga 7% lebih dan tarif pajak efektif yang lebih rendah, yakni 68% dibanding 80% pada 2021.
Margin konstruksi yang lemah menjadi hambatan utama pada profitabilitas ADHI. Segmen teknik & konstruksi mencatatkan peningkatan pendapatan hanya sebesar 15% yoy menjadi Rp 10,8 triliun (80% dari total pendapatan).
Kenaikan tersebut lebih rendah dari peningkatan 21% dalam total orderbook sehingga mencerminkan burn-rate yang lebih rendah. Akibatnya margin kotor segmen tersebut menyusut sebesar 3,5 ppt menjadi 11,1% dibandingkan dengan tingkat sebelum Covid-19 di sekitar 13,8%.
Baca Juga: Sepanjang Tahun Ini, Adhi Karya (ADHI) Targetkan Pendapatan dan Laba Naik hingga 25%
"Kami percaya penyusutan margin kotor terutama disebabkan oleh modal kerja yang masih ketat, terlihat dari quick ratio sebesar 0,9x pada tahun 2022, tak jauh berbeda dari 0,8x pada tahun 2021," kata Arief.
Arief melihat potensi peningkatan margin dari kontrak baru yang belum lama diperoleh, yakni proyek jalur kereta api commuter di Filipina senilai Rp 3,5 triliun (proyek CPS-03). ADHI juga berpotensi memenangkan kontrak lainnya sebesar Rp 5 triliun (proyek CPS-03).
"Secara historis, kontrak dari proyek asing mempunyai margin yang lebih tinggi daripada proyek-proyek lokal," kata Arief.
Berdasarkan riset tanggal 7 Maret 2023, Analis Panin Sekuritas Aqil Triyadi menyampaikan, ADHI tengah fokus untuk menciptakan recurring income dan pendapatan lainnya untuk pertumbuhan bisnis perusahaan. Sebut saja dari bisnis properti, investasi, serta konsesi pada water dan waste management.
Selain itu, penguatan modal yang didukung rights issue dan PMN serta optimalisasi aset melalui Transit Oriented Development (TOD) akan memperbaiki kinerja keuangan ADHI. Namun, patut dicermati bahwa ketidakpastian ekonomi masih akan menekan sektor konstruksi.
Menurut Aqil, peningkatan nilai kontrak baru pada 2022 menjadi sinyal pemulihan. Pada tahun lalu, ADHI mencatatkan peningkatan nilai kontrak baru sebesar 56% yoy menjadi Rp 23,7 triliun atau 95% dari target.
Baca Juga: Kontrak Baru Terus Naik, Adhi Karya (ADHI) Mengincar Pertumbuhan Pendapatan 25%
Kontrak baru pada lini bisnis konstruksi mendominasi sebesar 88%. Disusul lini bisnis properti 6% dan 6% dari lini bisnis lainnya. Perolehan tersebut mendekati level kontrak sebelum pandemi di 2018 yang sebesar Rp 24,8 triliun.
Untuk 2023, ADHI menargetkan kontrak baru dapat tumbuh 10%-15%. Perolehan kontrak tersebut ditargetkan berasal dari proyek pembangunan infrastruktur jalan tol, pengelolaan air dan limbah, serta proyek infrastruktur lainnya dengan sumber dana baik dari pemerintah, BUMN, maupun swasta.
"Pembangunan IKN akan turut menjadi pendorong peningkatan kontrak terutama pada proyek-proyek besar di 2023," tutur Aqil.
Di sisi lain, inflasi yang masih tinggi dan suku bunga tinggi akan menjadi tantangan ke depan. Pemulihan ekonomi setelah pandemi belum sepenuhya membaik. Tekanan kembali datang dari geopolitik Rusia dan Ukraina yang menghambat kebutuhan energi global yang menyebabkan inflasi dan mendorong bank sentral di berbagai negara harus menaikkan tingkat suku bunga.
Baca Juga: Sampai Bulan lalu, Adhi Karya (ADHI) Kantongi Kontrak Baru Rp 4,3 Triliun
Menurutnya, industri kontraktor juga akan terdampak dari adanya inflasi, salah satunya pada cost structure. Secara historis, ada sedikit peningkatan pada sisi biaya pokok penjualan perusahaan ketika terjadi lonjakan inflasi. Sementara itu, interest expense berperan 35%-41% dari margin laba kotor ADHI.
"Sehingga dengan dinaikkannya suku bunga akan cukup berdampak pada sisi bottom line perusahaan," kata Aqil.
Meskipun begitu, Aqil merekomendasikan buy ADHI dengan target harga Rp 585 per saham. Begitu juga dengan Arief yang merekomendasikan buy ADHI dengan target harga Rp 575 per saham, sebab harga saham ADHI sudah turun jauh.
Sementara itu, Cheril merekomendasikan hold ADHI dengan target harga Rp 440 per saham. Pada Rabu (28/3), harga ADHI tercatat naik 1,93% ke level Rp 422 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News