Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tiga emiten yang tergabung dalam induk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tambang telah melaporkan kinerja periode Sembilan bulan pertama 2022. Hasilnya, baik PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Timah Tbk (TINS), maupun PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) berhasil melipatgandakan kinerjanya.
Kinerja emiten-emiten ini mampu melebihi ekspektasi analis. Misal, laba bersih ANTM. Menurut Analis BRI Danareksa Sekuritas Hasan Barakwan, realisasi laba bersih ANTM berada di atas estimasi yang dipasang, yakni mencerminkan 84% dari estimasi. Realisasi laba bersih ini juga melebihi proyeksi konsensus yang mencerminkan 85% dari estimasi.
Asal tahu, emiten pertambangan logam ini membukukan laba bersih periode berjalan sebesar Rp 2,63 triliun. Angka ini tumbuh 54% dari laba periode berjalan pada periode yang sama tahun lalu yang hanya sebesar Rp1,71 triliun.
Ke depan, kinerja ANTM juga diyakini masih solid, salah satunya ditopang oleh segmen emas. Hasan menaikkan estimasi volume penjualan emas ANTM di tahun ini, seiring realisasi volume penjualan emas ANTM yang melebihi ekspektasi. Dia menaikkan estimasi volume penjualan emas ANTM dari semula 740.000 oz menjadi 1 juta oz untuk 2022F.d
Baca Juga: Kinerja Kinclong, Simak Rekomendasi Saham Aneka Tambang (ANTM)
Dengan naiknya estimasi penjualan emas, Hasan menaikkan perkiraan laba bersih ANTM hingga akhir 2022 menjadi Rp 3,4 triliun. Sehingga, BRI Danareksa Sekuritas merekomendasikan beli saham ANTM dengan target harga Rp 3.400.
”Kami tetap memasang sikap bullish pada ANTM dan berekspektasi perusahaan ini akan menerima sentimen positif dengan perkembangan ekosistem kendaraan listrik alias electric vehicle (EV) di Indonesia,” kata Hasan, Senin (19/12).
Hasan merekomendasikan beli saham PTBA dengan target harga Rp 4.600. Harga batubara dinilai akan masih berada di level yang solid. Kombinasi cuaca dingin dan pelonggaran restriksi di China menjadi pendorong harga batubara sampai tahun depan.
Dia meyakini harga batubara akan bertahan di level US$ 360 per ton pada 2022 dan US$ 200 per ton pada tahun depan.
Hasan juga menilai, PTBA akan diuntungkan oleh penerapan badan layanan umum (BLU) tahun depan, seiring sebagian besar penjualannya ditujukan ke pasar domestik.
Dalam riset tertanggal 14 November 2022, Analis Ciptadana Sekuritas Asia Thomas Radityo menurunkan target harga saham TINS menjadi Rp 1.450 per saham dari sebelumnya Rp 1.600. Thomas juga menurunkan rekomendasi saham TINS menjadi hold.
Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham Batubara yang Menarik Dikoleksi di Tahun 2023
Ini karena target harga baru saham TINS tidak menawarkan potensi upside yang mumpuni dari harga saham saat ini.
“Risiko terhadap rekomendasi diantaranya volatilitas harga timah, perubahan kebijakan pemerintah, kembalinya aktivitas penambangan timah ilegal, dan gangguan pada kegiatan operasional,” tulis Thomas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News