Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari
Ia juga memastikan, sejak kuartal IV-2020 lalu, IRRA mulai fokus untuk masuk ke sektor non pemerintah/swasta atau kategori ritel. Hasilnya pun tergolong baik seperti yang sudah terlihat pada semester I-2021.
Pada laporan neraca perusahaan, terjadi peningkatan aset di semester I-2021 menjadi Rp 975,1 miliar dibandingkan posisi di akhir tahun 2020 sebesar Rp 535,3 miliar. Kenaikan tersebut disumbang oleh naiknya pos persediaan dari Rp 20,1 miliar di tahun 2020 menjadi Rp 443,9 miliar di semester I-2021.
Kenaikan persediaan tersebut dilakukan IRRA untuk mengantisipasi lonjakan permintaan di semester kedua yang secara tahunan selalu paling besar.
Direktur Keuangan Itama Ranoraya Pratoto Setno Raharjo mengatakan, untuk mengantisipasi tingginya permintaan di semester II-2021, IRRA meningkatkan persediaan barang, sehingga proses pendistribusian barang untuk memenuhi pesanan bisa lebih cepat. Sebab, produk IRRA merupakan produk-produk kesehatan yang saat ini sedang dibutuhkan.
“Tentu sangat penting untuk memastikan ketersediaan dan kesiapan dalam hal pasokannya, apalagi kami mendapat fasilitas utang usaha dari prinsipal untuk melakukan stok atau persediaan tersebut tanpa bunga. Jadi tidak ada biaya untuk fasilitas utang usaha tersebut,” terang Pratoto.
Baca Juga: Keterisian tempat tidur di atas 75%, stok alat penanganan Covid-19 jadi persoalan
Realisasi performa IRRA di semester I-2021 masih sesuai dengan target perusahaan di sepanjang tahun 2021. Direktur Utama Itama Ranoraya Heru Firdausi Syarif optimistis bisa memenuhi target pendapatan dan laba bersih di tahun ini yang ditargetkan tumbuh di kisaran 80%--100%.
Raihan pendapatan dan laba bersih di semester I-2021 dianggap sangat bagus oleh Heru, apalagi peningkatannya terjadi pada kontribusi dari swasta dan ritel yang memang sesuai dengan rencana dan target IRRA.
“Insya Allah kami optimis akan berlanjut di semester II. Pemberlakuan PPKM yang berlaku sejak 3 Juli 2021 dan berlangsung sampai saat ini kami lihat telah meningkatkan belanja kesehatan, sehingga berimbas ke permintaan produk-produk kesehatan termasuk produk IRRA,” pungkas Heru.
Selanjutnya: BPS: Meski ada pertumbuhan, ekonomi kuartal 2 masih di bawah kondisi normal
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News