Sumber: KONTAN | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) terus berekspansi membesarkan bisnis pengolahan minyak kelapa sawit alias crude palm oil (CPO). Juli 2009 lalu, perusahaan perkebunan ini telah merampungkan satu pabrik pengolahan CPO baru. Saat ini, perusahaan perkebunan ini tengah berancang-ancang membangun pabrik pengolahan CPO lagi mulai tahun depan.
Pabrik pengolahan minyak kelapa sawit tersebut kemungkinan akan berlokasi di Sumatra Selatan atau di Kalimantan Timur. Kini, LSIP masih menghitung kebutuhan dana untuk pembangunan pabrik pengolahan CPO tersebut. "Perkiraan kami sekitar Rp 90 miliar sampai Rp 100 miliar per pabrik," ungkap Benny Tjoeng, Direktur Utama LSIP, belum lama ini. Hingga saat ini, LSIP telah memiliki 11 pabrik pengolahan kelapa sawit. Total kapasitas seluruh pabrik mencapai 405 ton per jam.
Menurut hitungan Analis Lautandhana Securindo Muhammad Sugiarto, tahun ini LSIP akan memproduksi sekitar 359.000 ton CPO setelah pembukaan satu pabrik baru itu. Tahun lalu, LSIP memproduksi CPO 330.000 ton.
Sementara, kalkulasi Happy Parama, Analis Bhakti Securities, tahun ini LSIP akan memproduksi CPO sekitar 380.000 ton. Kenaikan produksi ini paling tidak bisa mengurangi penurunan pendapatan akibat kejatuhan harga jual CPO.
Maklum, kemungkinan besar, rata-rata harga jual CPO tahun ini lebih rendah ketimbang rata-rata harga jual CPO tahun lalu. "Ini menyebabkan pendapatan LSIP kurang optimal," kata Happy.
Kemarin (12/10), harga CPO di Malaysia Derivatif Exchange (MDEX) menguat 3% menjadi US$ 645,25 per ton. Toh, hitungan Happy, jika dirata-rata sejak awal tahun, kini rata-rata harga jual CPO produksi LSIP berada di kisaran US$ 580 per ton hingga US$ 630 per ton.
Tahun lalu, emiten CPO ini mampu menjual CPO dengan harga rata-rata US$ 771 per ton. "Makanya, pendapatan LSIP tahun ini akan turun 5%-10%," imbuh Happy. Kalau tidak menaikkan produksi, pendapatan LSIP bisa merosot di atas 10% ketimbag pendapatan tahun lalu.
Taksiran Sugiarto, sepanjang tahun ini, rata-rata harga jual CPO LSIP sekitar US$ 650 per ton. Harga jual tersebut merosot sekitar 16% ketimbang rata-rata harga jual CPO selama tahun lalu.
Berdasarkan asumsi tersebut, Sugiarto menghitung bahwa pendapatan LSIP tahun ini akan turun 13% hingga 14% menjadi Rp 3,3 triliun. Adapun laba bersih LSIP bakal jatuh 35% menjadi Rp 603 miliar. Penyebabnya, selain kejatuhan harga CPO, beban pokok penjualan LSIP serta biaya panen meningkat.
Tapi, Sugiarto masih merekomendasikan beli saham LSIP dengan target harga Rp 8.200 per saham. Sebab, harga saham LSIP masih lebih murah. Kemarin, Price Earning Ratio (PER) LSIP masih sebesar 17,5 kali. Sementara PER saham emiten sejenis telah mencapai 18,3 kali.
Happy juga merekomendasikan beli saham LSIP. Dia menghitung, harga pasar wajar saham LSIP adalah
Rp 8.500 per saham.
Pada penutupan perdagangan kemarin, harga saham LSIP berakhir di posisi Rp 7.850 per saham, sama dengan posisi penutupan Jumat (9/10).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News