kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kinerja London Sumatra Indonesia (LSIP) Dibayangi Tren Penurunan Volume Produksi CPO


Rabu, 22 Juni 2022 / 17:15 WIB
Kinerja London Sumatra Indonesia (LSIP) Dibayangi Tren Penurunan Volume Produksi CPO
ILUSTRASI. Aktivitas?Pabrik Kelapa Sawit PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP).


Reporter: Aris Nurjani | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) harus lebih keras untuk meningkatkan jumlah volume produksi untuk meningkatkan pertumbuhan kinerja sepanjang tahun 2022, meski dibayangi tren penurunan produksi CPO.

Analis Ciptadana Sekuritas Asia Yasmin Soulisa mengatakan Kewajiban Harga Domestik (DPO) untuk CPO juga membatasi kemampuan perusahaan untuk memonetisasi harga CPO global yang kuat. 

"Pada kuartal I-2022, harga CPO dunia rata-rata berada di rekor tertinggi RM 6,183/ton, melonjak 57,5% secara YoY, karena pasokan terbatas berbeda dengan kenaikan tuntutan," kata Yasmin kepada Kontan.co.id, Rabu (22/6).

Baca Juga: London Sumatra Indonesia (LSIP) Catatkan Laba Bersih Rp 305 Miliar di Kuartal I-2022

Analis Mirae Asset Sekuritas Juan Harahap mengatakan dalam risetnya 6 Juni 2022, harga rata-rata CPO dan inti sawit (PK) meningkat masing-masing sebesar 53% menjadi Rp 14.685 per kilogram dan 95% menjadi Rp 12.434 per kilogram. Kenaikan harga ditopang oleh kenaikan harga CPO dunia. 

"Dari sisi operasional, pada kuartal I-2022 produksi tandan buah segar (TBS) turun 38,3% secara tahunan menjadi 242.000 ton, di mana produksi inti TBS dan eksternal turun masing-masing sebesar 28,9% dan 78,4%," ucap Juan. 

Sementara, Analis Samuel Sekuritas Asia Yosua Zisokhi mengatakan harga jual CPO memang selalu bergerak fluktuatif, jadi tidak perlu khawatir. 

"Apalagi harga CPO sekarang masih cukup tinggi, jik di compare ke tahun 2019 yang lalu. jadi secara profitability masih oke lah," ucap Yosua kepada Kontan.co.id, rabu (22/6). 

Yasmin mengatakan produksi di kuartal I-2022 berada di bawah ekspektasi dengan produksi inti TBS turun 29% secara tahunan menjadi 226 ribu/ ton, terutama karena cuaca yang tidak mendukung dan kegiatan penanaman kembali.

"Demikian pula tandan buah segar (TBS) eksternal juga turun signifikan 78% secara tahunan menjadi hanya 16 ribu/ton. Karena lebih sedikit TBS produksi inti dan eksternal, total produksi CPO turun 39% secara YoY menjadi 53 ribu ton sementara produk PK turun 38% secara tahunan menjadi 15 ribu/ton," ucap Yasmin. 

Juan mengatakan akibat produksi inti TBS dan eksternal turun, produksi CPO ikut turun sebesar 38,4% secara tahunan menjadi 53.000 ton di kuartal I/2022 disebabkan tingginya curah hujan yang terjadi.

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham CPO di Tengah Pelemahan Harga Komoditas

Kinerja ke Depan

Sejalan dengan penurunan produksi, Yasmin menyampaikan volume penjualan CPO turun 66% secara tahunan menjadi 33 ribu/ton sedangkan volume penjualan PK turun 29% secara tahunan menjadi 18 ribu/ton. 

Dilihat dari produksi pada kuartal I-2022 yang lambat, Yasmin memangkas produksi TBS pada sepanjang tahun 2022 menjadi 941 ribu/ton atau turun 22% dibandingkan dengan realisasi di sepanjang tahun 2021. Sama hal dengan produksi CPO sepanjang tahun 2022 juga berkurang sebesar 22% secara YoY menjadi 239 ribu/ton. 

"Kegiatan peremajaan tahunan perusahaan mengakibatkan rendahnya produktivitas dalam jangka pendek, bagaimanapun, adalah penting untuk mempertahankan pertumbuhan dalam jangka panjang," ucap Yasmin. 

Juan Mengatakan target harga saham LSIP tetap tidak berubah sebesar Rp 1.900 didorong oleh tiga faktor. “Pertama, tingkat ekstraksi minyak tertinggi di cakupan kami, neraca yang kuat tercermin dalam posisi kas bersih, dan prospek positif harga CPO pada 2022,” jelas Juan.

Yosua mengatakan LSIP harus lebih concern terhadap produksi, karena cukup sulit bagi LSIP untuk meningkatkan volume penjualan CPO lantaran umur tanaman relatif tua, rata-rata kisaran 18 tahun, maka produksi fresh fruit bunch (FFB) cukup rendah dibandingkan peers. 

 

"FFB rendah berarti hasil CPO yang dijual juga sulit meningkat, terlebih harga pupuk melambung tinggi, harusnya udah naik lebih dari 100% dibandingkan awal tahun 2021 dulu, plus juga kan larangan pembukaan lahan tanam sawit baru masih berlaku," ucap Yosua. 

Yosua mengatakan LSIP perlu melakukan, re-planting dimana isu yang cukup krusial bagi LSIP untuk setidaknya mempertahankan level produksinya.

Juan merekomendasi Buy untuk LSIP dengan target harga yang tidak berubah sebesar Rp 1.900 dan Yasmin memproyeksikan Buy untuk saham LSIP dengan TP Rp 1.810. Sementara Yosua merekomendasikan saham LSIP untuk di HOLD dengan Rp Rp 1.300.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×