Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah terjangan pandemi, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk masih mencatatkan kinerja yang apik sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2020. Emiten dengan kode saham SIDO ini mengantongi pertumbuhan penjualan hingga 6,1% year on year (YoY) menjadi Rp 2,26 triliun.
Sementara dari sisi bottomline, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk bertumbuh 10,78% secara tahunan menjadi Rp 578,45 miliar.
Natalia Sutanto, analis BRI Danareksa Sekuritas mengatakan, pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB) menyebabkan adanya pemulihan aktivitas bisnis yang akhirnya berdampak pada perbaikan kinerja di kuartal ketiga dibandingkan triwulan sebelumnya.
Baca Juga: Hingga kuartal III, kinerja Communication Cable Systems Indonesia (CCSI) menurun
Natalia menyebut, pendapatan SIDO pada sembilan bulan pertama 2020 masih sesuai dengan ekspektasi, yakni mencerminkan 71% dari perkiraan yang dipasang BRI Danareksa Sekuritas dan 70% dari perkiraan konsensus . Adapun kinerja SIDO yang moncer di kuartal ketiga didorong oleh penjualan domestik seiring melemahnya penjualan ekspor ke pasar Filipina dan Nigeria.
Berdasarkan laporan keuangan, hanya penjualan ke Malaysia yang menunjukkan peningkatan karena penjualan bulanan dilaporkan kembali ke level sebelum pandemi. Berdasarkan segmen, produk makanan dan minuman (food and beverages) membukukan pertumbuhan terkuat. yakni sebesar 18,8% secara year-on-year (YoY) karena adanya permintaan yang tinggi untuk produk minuman sehat (Vitamin C dan Ginger Beverages).
Sementara itu, segmen jamu dan farmasi melaporkan pertumbuhan masing-masing sebesar 1% dan 0,6% secara yoy.
BRI Danareksa Sekuritas menilai saham SIDO tetap atraktif karena posisi kas bersihnya yang kuat, pembayaran dividennya yang tinggi, manajemen yang solid, dan kapasitas yang memadai untuk mendukung pertumbuhan lebih lanjut. Pada Agustus 2020, SIDO mengirimkan pengiriman pertama produk Tolak Angin ke Kerajaan Arab Saudi.
“Ini mungkin akan menjadi pasar ekspor lain yang menguntungkan, yang ditargetkan menyumbang 2% dari pendapatan tahun ini,” tulis Natalia dalam riset, Rabu (21/10).
Baca Juga: Antam (ANTM) sebut produksi dan penjualan emas di kuartal III masih sesuai target
Pada saat ini, saham SIDO diperdagangkan pada PE FY21F 26x, setara dengan PE sektor consumers. Dengan valuasi yang tinggi dan adanya 3% downside dari target harga yang dipasang, BRI Danareksa Sekuritas menurunkan rekomendasi saham SIDO menjadi hold dengan target harga Rp 765.
Pada perdagangan Kamis (22/10), saham SIDO menguat 1.27% ke level Rp 795 per saham.
Selanjutnya: Laba bersih Unilever (UNVR) turun 1,27% menjadi Rp 5,44 triliun hingga kuartal III
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News