Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Binaartha Parama Sekuritas menyematkan status overweight sektor konsumsi di mana saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) memiliki bobot lebih besar dibanding saham lain. Sejalan dengan perkiraan analis, UNVR mencatatkan adanya pertumbuhan penjualan dan laba bersihnya.
Analis Binaartha Parama Sekuritas, Reza Priyambada menyatakan, kenaikan penjualan dan laba UNVR bahkan di atas perkiraan analis yang memprediksi tumbuh 4%-5%. Sebab, sebelumnya pada 2015, pertumbuhan kinerja UNVR hanya sebesar 5%-6% meski daya beli belum pulih.
Pada 2016, pencatata Unilever tumbuh 9,78% menjadi Rp 40,05 triliun.
“Kali ini, kami melihat sepanjang 2016 terjadi peningkatan consumer spending yang juga turut berimbas pada minat atau daya beli konsumen terhadap produk-produk UNVR,” terang Reza Priyambada Analis Binaartha Parama Sekuritas dalam risetnya yang diterima KONTAN, Selasa (21/3).
Pihaknya menilai, upaya UNVR untuk menciptakan market in the market (di mana untuk satu jenis produk terdiri dari beberapa brand menciptakan pasar tersendiri untuk brand tersebut) cukup efektif dan berimbas positif pada peningkatan kinerja UNVR. Misalnya, pada produk perawatan tubuh jenis shampo, UNVR memiliki brand Sunsilk, Lifebuoy shampoo, TREsemme, dan Clear. Adapun masing-masing brand tersebut memiliki variannya masing-masing.
Reza merekomendasikan overweight dengan target harga Rp 48.200 untuk saham UNVR. Dia menambahkan, tantangan ke depan ialah upaya dari UNVR menciptakan berbagai jenis varian maupun diversifikasi produk.
“Juga menjaga loyalitas konsumennya di tengah gempuran produk-produk sejenis lainnya yang memiliki kesamaan dalam hal kualitas,” pungkasnya.
Mengutip laporan keuangan Unilever, Senin (20/3), laba 2016 yakni Rp 6,39 triliun, naik 9,2% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2015, yakni Rp 5,85 triliun.
Pasar dalam negeri masih mendominasi pendapatan perusahaan. Tercatat, untuk penjualan di dalam negeri, perusahaan membukukan pendapatan Rp 37,80 triliun pada tahun lalu. Sementara untuk pasar ekspor, Unilever masih mencatatkan angka penjualan sebesar Rp 2,24 triliun.
Selain itu, ada kenaikan total liabilitas pada tahun 2016 dibandingkan dengan tahun 2015. Tercatat, pada 2016, perseroan memiliki total liabilitas Rp 12,04 triliun. Angka tersebut naik, dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar Rp 10,9 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News