kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,72   -20,01   -2.16%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kinerja Instrumen Investasi Tertekan, Ini Strategi untuk Investor


Kamis, 09 Maret 2023 / 08:05 WIB
Kinerja Instrumen Investasi Tertekan, Ini Strategi untuk Investor


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja instrumen investasi saat ini tertekan akibat pernyataan Gubernur Federal Reserve Jerome Powell yang hawkish terkait Fed Funds Rate untuk menurunkan inflasi Amerika Serikat (AS).

Presiden dan CEO PT Pinnacle Persada Investama Guntur Putra mengatakan, kenaikan Fed Rate dalam jangka pendek menekan kinerja instrumen investasi, baik saham, valas, dan obligasi. Tetapi, volatilitas jangka pendek saat ini hanya sebagai noise pasar bagi investor jangka panjang.

“Di tengah penurunan kinerja pasar modal, investor sebaiknya tidak panik dan melihat instrumen investasi dalam term jangka panjang, bukan sebagai instrumen spekulasi,” ujar Guntur kepada Kontan, Rabu (8/3).

Guntur melihat, secara jangka panjang, reksadana berbasis saham dan obligasi masih memiliki prospek yang cukup baik. Sebab, kondisi perekonomian di Indonesia cukup baik dan fundamental makro domestik juga cukup solid.

“Risiko koreksi memang tetap ada, tetapi secara jangka panjang seharusnya masih cukup baik,” papar dia.

Baca Juga: Sejumlah Saham Berpotensi Jadi Laggard Saat IHSG Turun, Mana yang Layak Dikoleksi?

Menurut Guntur, alokasi investasi akan bergantung dari tujuan investasi dan profil risiko masing-masing investor. Jika memang mementingkan tingkat likuiditas yang tinggi, maka investor bisa mempertimbangkan reksadana pasar uang.

“Sebab, dari sisi tingkat risiko juga sangat minimal, konsistensi kinerja reksadana pasar uang cukup terjaga dan tingkat likuiditas sangat tinggi,” tutur dia.

Terkait alokasi aset, Guntur merekomendasikan rasio portofolio untuk investor konservatif adalah pasar uang 70%, obligasi 20%, dan saham 10%.

Rasio untuk investor moderat adalah pasar uang 55%, obligasi 20%, dan saham 25%. Sementara, rasio untuk investor agresif adalah pasar uang 40%, obligasi 20%, dan saham 40%.

Baca Juga: IHSG Masih Bisa Melaju, Jangan Panik Saat Pasar Terseret Hawkish The Fed

Menurut Guntur, setiap investasi akan selalu ada risiko. Sehingga, tidak akan ada investasi yang bisa memastikan investor untuk tidak rugi. Tetapi risiko investasi bisa diminimalisasi dengan beberapa cara. Pertama, investor memahami tujuan dan kebutuhan berinvestasi.

Kedua, investor harus memahami instrumen investasi dan faktor-faktor risikonya sebelum berinvestasi. Ketiga, investor harus menanamkan pola pikir jangka panjang dalam berinvestasi.

Keempat, investor harus sabar dan disiplin dalam berinvestasi. Kelima, investor jangan berinvestasi hanya karena ingin mengikuti tren. Terakhir kelima, investor sebaiknya jangan tergiur dengan imbal hasil,” pungkas Guntur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×