kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kinerja Emiten Pelayaran Mengembang, Simak Rekomendasi Sahamnya


Minggu, 17 April 2022 / 17:03 WIB
Kinerja Emiten Pelayaran Mengembang, Simak Rekomendasi Sahamnya
ILUSTRASI. Sejumlah emiten pelayaran mencatatkan kinerja yang positif sepanjang tahun 2021.


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten pelayaran mencatatkan kinerja yang positif sepanjang tahun 2021. Ambil contoh, PT Pelita Samudera Shipping Tbk (PSSI) yang membukukan total pendapatan US$ 108,7 juta di 2021 atau naik 59% dari tahun 2020 sebesar US$ 68,3 juta.

Direktur Utama Pelita Samudera Shipping Iriawan Alex Ibarat mengatakan, pencapaian tersebut merupakan yang tertinggi dalam sejarah perseroan. Segmen kapal tunda dan tongkang memberikan kontribusi tertinggi, yakni US$ 38,5 juta, diikuti segmen kapal curah besar senilai US$ 36,1 juta, dan segmen fasilitas muatan apung US$ 34,1 juta.

Pendapatan dari muatan apung dan pengangkutan meraup US$ 61,2 juta dengan total volume angkut pada tahun 2021 tercatat 33,7 juta metrik ton.

Dengan naiknya pendapatan usaha di tahun 2021 serta upaya efisiensi biaya yang berkelanjutan, PSSI mampu mencatatkan laba bersih tahun berjalan sebesar US$ 25 juta, pencapaian tertinggi sejak PSSI tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2017.

Baca Juga: Tahun 2022, SMDR Optimistis Pendapatan Capai Lebih dari US$ 700 Juta di 2022

PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR) juga mencatatkan kinerja mentereng di tahun 2021. Emiten ini memperoleh pendapatan US$ 672,91 juta pada 2021 atau tumbuh 37,09% dari tahun sebelumnya.

Kenaikan pendapatan tersebut juga mengerek kinerja laba bersih SMDR pada tahun 2021. Samudera Indonesia berhasil membalik rugi menjadi laba sebesar US$ 93,04 juta. Pada tahun 2020, SMDR masih menanggung rugi senilai US$ 3,34 juta.

Tak mau kalah, PT Trans Power Marine Tbk (TPMA) juga mencatat pendapatan US$ 42,02 juta atau naik 5,68% dari tahun 2020 sebesar US$ 39,76 juta. Seiring dengan itu, laba bersih TPMA juga naik 90,38% menjadi US$ 3,96 juta dari tahun sebelumnya US$ 2,08 juta.

Kemudian, ada PT Hasnur Internasional Shipping Tbk (HAIS) yang meraup pendapatan sebesar Rp 428,3 miliar, meningkat 38% dari pendapatan tahun sebelumnya. Adapun laba bersih tercatat Rp 35,0 miliar atau melonjak hingga 88% yoy.

Manajemen HAIS menjelaskan, pencapaian tersebut didorong peningkatan kargo yang dilayani HAIS serta keberhasilan upaya efisiensi operasional. Sepanjang 2021, HAIS juga berhasil mengangkut 7,4 juta metrik ton kargo atau tertinggi sejak perusahaan memulai operasionalnya.

PT Wintermar Offshore Marine Tbk (WINS) juga mencetak kinerja yang positif. Emiten ini mencatat laba kotor US$ 3,9 juta dari kerugian US$ 0,3 juta pada tahun keuangan sebelumnya.

Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandu Dewanto menilai, kebangkitan ekonomi global menjadi faktor utama kinerja apik para emiten pelayaran. Aktivitas ekspor impor yang meningkat membuat permintaan angkutan melonjak dengan cepat, karena mendadak seluruh dunia melakukan re-opening setelah beberapa bulan dipaksa lockdown untuk mengatasi penyebaran virus Covid-19.

Permintaan angkutan yang melonjak tersebut tidak diimbangi dengan peningkatan jumlah armada, berbagai kendala seperti kemacetan di banyak pelabuhan internasional dan kendala operasional akibat pembatasan pergerakan membuat tarif sewa kapal melejit.

Baca Juga: Terdorong Lonjakan Tarif Angkutan, Prospek Bisnis Emiten Pelayaran Semakin Mengembang

Berdasarkan data dari Drewry, World Container Index, freight rate 40ft container tahun lalu sempat mencapai level di atas US$ 10.000 pada puncaknya sekitar bulan September 2021.

"Hal ini membuat kinerja emiten pelayaran kuartal keempat melejit. Jauh lebih tinggi dibanding rata-rata tarif tahun 2020 sekitar US$ 2.500, sedangkan tahun 2021 lalu rata-rata sekitar US$ 8.000," kata Pandu, beberapa waktu lalu.

Ia memperkirakan kinerja apik emiten pelayaran pada kuartal pertama ini masih akan berlanjut, jika melihat rate kuartal pertama ini masih bertahan di sekitar US$ 8.800 atau 76% lebih tinggi dibanding rata-rata kuartal pertama tahun lalu sekitar US$ 5.000.

Pandu memproyeksikan, segmen angkutan peti kemas menjadi yang paling diuntungkan, sedangkan angkutan komoditas seperti batubara dan minyak mentah pertumbuhan tidak sekuat peti kemas karena secara volume tahun lalu tidak terlalu banyak berubah. Meski begitu, tingginya harga komoditas akan membuat para produsen memacu tingkat produksinya. Sehingga permintaan angkutan kapal diperkirakan akan meningkat secara volume tahun ini.

Beberapa faktor lain yang perlu dipertimbangkan tahun ini adalah kenaikan harga bahan bakar yang berpotensi meningkatkan biaya operasional, kemudian tarif sewa yang tinggi semestinya akan berangsur kembali ke level normal, sehingga ada risiko penurunan margin.

Selain itu, kata Pandu, karakter sektor perkapalan juga cukup volatile, dimana bottom line bisa berbalik dengan cepat, apalagi jika manajemen kurang berhati-hati dengan membeli kapal yang harganya tinggi, namun ternyata tidak cukup produktif untuk menutup biaya operasional dan penyusutannya.

Sedangkan jika tidak melakukan penambahan armada, akan sulit untuk meningkatkan pendapatan.

Outlook positif untuk angkutan kontainer barang lebih kuat daripada angkutan komoditas, mendasari pilihan Pandu terhadap saham SMDR sebagai saham yang paling menarik.

Menajemen SMDR sendiri menargetkan pendapatan meningkat mencapai US$ 700 juta pada 2022, naik 4% dibanding tahun lalu. Hal ini menunjukkan optimisme bahwa kinerja masih akan semakin baik, apalagi selama kuartal pertama ini tarif angkutan kontainer masih relatif tinggi.

Hal tersebut juga mendasari rencana SMDR untuk menambah jumlah armada mencapai 10 kapal dengan anggaran capex US$ 150 juta. SMDR diperkirakan masih dapat mempertahankan laba di sekitar US$ 97 juta. Secara valuasi, saham SMDR juga dinilai masih relatif murah.

Saham emiten pelayaran lain yang cukup menarik adalah PSSI. Pandu bilang, pendapatan PSSI sejak tahun lalu semakin meningkat sejak kuartal pertama, margin profit juga meningkat dari 12% tahun lalu menjadi 36% menunjukkan bahwa kenaikan tarif sewa kapal juga terjadi pada sector angkutan komoditas.

Secara volume dan tarif juga diperkirakan masih akan lebih tinggi dibanding rata-rata tahun lalu, oleh karena itu tahun ini diperkirakan dapat kembali mencetak rekor pendapatan tertinggi. Pandu memproyeksikan pendapatan PSSI tahun ini dapat mencapai sekitar US$ 120 juta dengan laba US$ 27 juta.

Baca Juga: Sejumlah Emiten Pelayaran Mencetak Kinerja Apik Sepanjang 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×