kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.443.000   13.000   0,91%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Kinerja emiten LQ45 tertekan, simak saham berprospek cerah yang menarik dicermati


Senin, 09 November 2020 / 07:10 WIB
Kinerja emiten LQ45 tertekan, simak saham berprospek cerah yang menarik dicermati


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebanyak 29 emiten penghuni indeks LQ45 telah merilis laporan keuangan untuk periode sembilan bulan pertama 2020. Dari jumlah tersebut, rata-rata pendapatan emiten turun 9% year on year (yoy), sementara rata-rata laba bersihnya lebih rendah 6% yoy.

Hanya ada sembilan emiten yang mencatatkan pertumbuhan, yaitu PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT XL Axiata Tbk (EXCL), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL), PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR). Kenaikannya berkisar antara 0,3%-19,3% yoy.

Kemudian, ada 13 emiten yang membukukan peningkatan laba bersih, yaitu PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA), EXCL, KLBF, PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), SRIL, TBIG, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), dan TOWR. Kenaikan laba bersih yang wajar berkisar antara 1,3%-78,2% yoy, sementara yang tergolong eksponensial terjadi pada EXCL sebesar 316,3% dan INCO 47.800%

Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony mengatakan, kenaikan pendapatan dan laba bersih pada sejumlah emiten didorong dari adanya penjualan aset, kinerja yang lebih baik, dan dari sisi korporasi pada tahun lalu yang membuat pendapatan pada tahun ini meningkat.

Sementara itu, kinerja negatif yang dicatatkan oleh emiten lainnya, seperti PT Astra International Tbk (ASII), PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT United Tractors Tbk (UNTR), PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), dan PT PP Tbk (PTPP) merupakan akibat dari dampak pandemi Covid-19.

Baca Juga: Imbal hasil investasi asuransi sosial dan wajib terdampak Covid-19

Dampak pandemi terhadap sektornya cukup signifikan karena kemungkinan besar produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan ini tergolong tersier. "Alhasil, dengan kondisi ekonomi yang cenderung kurang baik, konsumen cenderung menahan diri untuk lebih konsumtif," kata Chris saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (8/11).

Sebagai contoh, Analis Philip Sekuritas Anugerah Zamzami Nasr menjelaskan, pertumbuhan kinerja INCO didorong oleh kenaikan volume produksi dan penjualan nickel matte serya peningkatan harga rata-rata penjualan. Hal ini juga didukung oleh beban yang menurun karena penurunan harga minyak, diesel, dan batubara. Kemudian, kenaikan kinerja KLBF didukung oleh peningkatan penjualan obat domestik maupun ekspor, serta adanya cost control dan forex gain.

Sementara itu, penurunan kinerja yang diderita oleh ADRO disebabkan oleh merosotnya harga batubara yang terlihat dari penurunan ASP sebesar 18%. Begitu juga UNTR yang diberatkan penurunan harga batubara dan volume jual alat berat. "Sementara ASII diberatkan oleh kinerja otomotif yang mana penjualan mobil menurun 51%, sementara penjualan sepeda motor turun 38%," ucap Zamzami.

Chris menilai, seiring dengan dampak Covid-19 yang mulai mereda dan ekonomi yang kembali berjalan, sektor-sekor yang kinerjanya tertekan kemungkinan dapat kembali bangkit. Ia menyarankan investor untuk mencermati saham BSDE, WIKA, PTPP, ASII, dan EXCL. Pasalnya, terhitung sejak awal tahun, beberapa saham tersebut justru turun lebih banyak daripada penurunan pendapatannya.

"Dengan harapan kinerjanya dapat kembali menguat, investor tentu akan melihat bahwa saham-saham ini berada pada area yang undervalue dan menarik untuk dibeli," kata Chris. Ia menyarakan beli BSDE dengan target harga Rp 1.100 per saham, WIKA Rp 1.600, PTPP Rp 1.200, ASII Rp 8.000, dan EXCL Rp 1.110 per saham.

Sementara Zamzami menilai, sektor yang dapat diperhatikan untuk ke depannya adalah perbankan, farmasi, dan barang konsumsi. Pasalnya, ketiga sektor itu yang paling dahulu mendapat efek positif dengan hadirnya vaksin Covid-19 dan perbaikan ekonomi secara gradual.

Selain itu,  sektor cyclical seperti agrikultur juga dapat dipertimbangkan seiring dengan permintaan yang biasanya meningkat pada akhir tahun. Sektor properti juga menarik untuk dicermati seiring dengan pembukaan ekonomi.

Selanjutnya: IHSG dapat katalis positif dari terpilihnya Joe Biden sebagai Presiden AS

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP) Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×