Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Yuwono Triatmodjo
JAKARTA. The Federal Reserve (The Fed) kembali memangkas program stimulus US$ 10 miliar menjadi US$ 65 miliar per bulan. The Fed agaknya akan terus menurunkan stimulus secara bertahap, seirama pemulihan ekonomi di Amerika Serikat (AS).
Pasar modal Indonesia agaknya sudah mengantisipasi keputusan ini. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), pada perdagangan Kamis (30/1) atau sehari setelah keputusan The Fed, memng sempat turun hingga 1,5%. Toh, IHSG masih bangkit dan berakhir naik tipis 0,03% menjadi 4.418,75.
David N Sutyanto, analis First Asia Capital melihat, investor memang sudah menyesuaikan portofolio investasinya sebagai bekal menghadapi tambahan pengurangan stimulus dari AS. Walau demikian, dalam jangka pendek, investor global akan merespon ini dengan keluar dari emerging market, termasuk Indonesia. Kamis (30/1), misalnya asing menarik Rp 154,3 miliar dari pasar saham Indonesia.
David memperkirakan, akibat aksi jual asing itu, sepekan ke depan IHSG bergerak volatile dan cenderung turun. Beruntung ada beberapa sentimen positif yang bisa menopang IHSG. Salah satunya laporan keuangan emiten tahun 2013 yang diperkirakan menunjukkan hasil bagus. Sentimen ini berpeluang mengundang masuk lagi dana asing. "Jadi, aksi jual asing hanya berlangsung sebentar," ujar David.
Namun, satu urusan tuntas, persoalan lain menghantui. Analis Senior Samuel Sekuritas, Muhammad Alfatih, mengingatkan, dampak tapering AS memang mulai kikis. Namun pasar mengkhawatirkan depresiasi nilai tukar. Bank Sentral Turki misalnya, melakukan langkah agresif dengan menaikkan bunga acuan menjadi 12% dari sebelumnya 7,75%.
Keputusan itu dikhawatirkan menular ke negara berkembang lainnya, termasuk Indonesia, demi memenangkan perebutan dana investor global. "IHSG sempat turun di awal perdagangan Kamis, karena ada kekhawatiran kenaikan suku bunga," ujarnya.
Kepala Riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo menjelaskan, sebenarnya tapering tidak terlalu mempengaruhi pergerakan IHSG selama neraca perdagangan Indonesia positif. Namun tapering telah menyebabkan mata uang di negara Asia goyah. "Beberapa negara yang tidak siap mulai jatuh. Tapi IHSG sepertinya tidak tergoyang terlalu besar," ujarnya.
Tekanan jual asing yang besar, sudah berhenti sejak Desember 2013. Jika ada tekanan koreksi, IHSG masih bisa bullish dengan cepat. Satrio memperkirakan dalam jangka pendek IHSG akan bergerak flat di rentang 4.300-4.525. IHSG masih akan mencari sentimen baru dan menunggu pengumuman kinerja para emiten.
Kondisi pasar yang sideways ini diprediksi masih akan berlangsung hingga awal semester II-2014. Makanya, ia menyarankan agar pemodal berkonsentrasi di saham lapis pertama, semisal saham sektor perbankan seperti BBRI, semen layaknya INTP serta barang konsumsi yang diwakili oleh UNVR.
Alfatih memprediksikan, IHSG akan bergerak volatile di rentang 4.320-4.500. IHSG akan kembali menguat ke level 4.500 berkat dorong pengumuman pembagian dividen dan laporan keuangan emiten. Dia melihat saham seperti BBNI, PGAS, WIKA, dan TLKM masih berpotensi menguat.
Sementara David meramalkan IHSG bisa bergerak di kisaran 4.220-4.570 pada pekan depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News