Reporter: Muhammad Alief Andri | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten farmasi pada Kuartal III-2025 menunjukkan perbedaan hasil yang semakin mencolok. Sejumlah pemain besar mampu menjaga fundamental tetap kuat, sementara emiten yang menanggung struktur biaya dan utang tinggi masih kesulitan memperbaiki laba.
Abida Massi Armand, Analis Fundamental BRI Danareksa Sekuritas, menilai sektor farmasi kini bergerak dalam dua kutub. Emiten efisien seperti Kalbe Farma (KLBF) dan Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul (SIDO) memetik keuntungan dari stabilnya harga bahan baku dan manajemen biaya yang disiplin. Perbaikan kinerja manufaktur global turut memperlancar rantai pasok, sehingga margin emiten besar tetap terjaga.
“SIDO mempertahankan margin tinggi karena efisiensi yang konsisten, sementara KLBF menikmati peningkatan margin laba kotor berkat stabilisasi rantai pasok,” jelas Abida kepada Kontan, Senin (24/11/2025).
Baca Juga: Chandra Daya Investasi (CDIA) Operasikan PLTS di Kawasan Industri Krakatau
Tempo Scan Pacific (TSPC) juga masuk kelompok yang stabil, ditopang neraca konservatif dan beban keuangan yang rendah. Valuasi TSPC yang masih berada di zona diskon dinilai membuatnya menarik bagi investor.
Di sisi lain, tantangan besar masih membayangi emiten yang agresif ekspansi atau tengah menjalani transformasi. Pyridam Farma (PYFA) mencatat lonjakan pendapatan 77,3%, namun harus menanggung kerugian bersih akibat beban bunga yang melonjak. Setelah akuisisi beberapa aset, PYFA mencatat rasio utang terhadap ekuitas mencapai 8,44 kali.
“Risiko leverage PYFA sangat tinggi. Interest coverage mereka negatif. Pemulihan hanya mungkin terjadi jika integrasi pasca akuisisi cepat menghasilkan arus kas yang signifikan,” ujar Abida.
Kimia Farma (KAEF) mulai menunjukkan perbaikan dari sisi efisiensi. Pemangkasan beban usaha berhasil mengubah rugi usaha menjadi laba usaha positif. Namun, penurunan penjualan membuat perbaikan laba bersih belum sepenuhnya tercapai.
“KAEF sudah berhasil merapikan biaya. Namun pemulihan penuh masih bergantung pada kembalinya pertumbuhan penjualan. Investor masih perlu wait and see,” kata dia.
Untuk prospek hingga akhir tahun, Abida memperkirakan emiten besar seperti KLBF, SIDO, dan TSPC akan tetap stabil berkat diversifikasi produk, kekuatan merek, dan kemampuan menjaga margin. KLBF masih didorong oleh pertumbuhan obat resep dan pengembangan obat specialty, sementara SIDO mempertahankan karakter defensif dengan margin bersih di kisaran 30%.
Baca Juga: Frekuensi Transaksi BCA UMKM Fest 2025 Melejit, Buktikan Optimisme di Indonesia
Dari sisi investasi, Abida menekankan bahwa emiten dengan neraca sehat, leverage rendah, serta profitabilitas berulang menjadi pilihan paling menarik dalam kondisi pasar saat ini.
Investor dinilai cenderung menghindari emiten dengan struktur utang berat, terutama di tengah risiko suku bunga global yang belum sepenuhnya mereda.
“Emiten yang mampu mengonversi pendapatan menjadi arus kas bebas tanpa tekanan bunga besar akan tetap menjadi favorit,” tutur Abida.
Selanjutnya: 13 Daftar Merek Susu yang Cocok untuk Diet Turunkan Berat Badan, Rendah Lemak!
Menarik Dibaca: 13 Daftar Merek Susu yang Cocok untuk Diet Turunkan Berat Badan, Rendah Lemak!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













