Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mencetak kinerja solid sepanjang kuartal I-2022. Emiten tambang logam ini membukukan laba bersih senilai Rp 1,47 triliun di sepanjang tiga bulan pertama 2022. Asal tahu saja, realisasi tersebut melesat 132% dari laba bersih yang ditorehkan pada periode yang sama tahun lalu, yang hanya Rp 630,38 miliar.
Analis Ciptadana Sekuritas Thomas Radityo menilai, capaian laba bersih Aneka Tambang sepanjang kuartal pertama 2022 melebihi ekspektasi yang dipasang Ciptadana Sekuritas. Realisasi ini mencerminkan 49,0% dari estimasi yang ditargetkan pada 2022.
Kenaikan bottom line ini tidak terlepas dari kenaikan kinerja penjualan bersih. Pada kuartal pertama 2022, ANTM membukukan pendapatan bersih senilai Rp 9,75 triliun atau naik 6% dibandingkan pada kuartal I-2021 yang sebesar Rp 9,21 triliun. Realisasi pendapatan ini mencerminkan 21,9% dari perkiraan yang dipasang Ciptadana Sekuritas
Secara kuartalan, laba bersih ANTM melonjak 869,1%, didukung oleh melebarnya margin secara keseluruhan. Namun, pendapatan ANTM turun 18,6% secara kuartalan, terutama karena kinerja penjualan feronikel dan emas yang kurang prima.
Baca Juga: Harga Saham ANTM Mulai Bangkit, Cek Rekomendasi untuk Hari Ini (31/5)
Ciptadana menurunkan proyeksi produksi feronikel ANTM di 2023 sebesar 30% menjadi 27.300 nikel dalam feronikel (Tni) dari sebelumnya 39.000 Tni. Selanjutnya, Ciptadana Sekuritas juga menurunkan harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) emas untuk 2022-2023 sebesar 2,9% menjadi US$ 1.863 per troy oz.
Hal ini bermuara pada turunnya proyeksi top-line (pendapatan) ANTM di 2022-2023, yang masing-masing turun sebesar 7,4% dan 14,6% menjadi Rp 41 triliun dan Rp 42,0 triliun.
Namun, seiring efektivitas biaya yang lebih baik dari perkiraan seperti yang tercermin pada kuartal pertama 2022, Thomas memangkas proyeksi biaya pendapatan dan estimasi opex. Sehingga estimasi laba operasional meningkat sebesar 50,0% dan 11,7% menjadi Rp 6,1 triliun dan Rp 6,7 triliun masing-masing untuk 2022 dan 2023.
“Sebagai hasilnya, kami meningkatkan estimasi bottom-line untuk 2022-2023 masing-masing sebesar 61,7% dan 21,4% menjadi Rp 4,8 triliun dan Rp 5,2 triliun,” tulis Thomas dalam riset, Selasa (31/5).
Thomas mempertahankan rekomendasi beli untuk saham ANTM, dengan target harga yang sedikit lebih tinggi yaitu Rp3.600 per saham dari sebelumnya Rp 3.450 per saham.
Namun, terdapat risiko yang mungkin terjadi pada rekomendasi ini. Diantaranya ketidakstabilan harga nikel, pelonggaran pembatasan ekspor bijih nikel pemerintah, penundaan lebih lanjut pada proyek smelter yang mempengaruhi volume produksi feronikel, serta gangguan operasional yang mengakibatkan penurunan target produksi dan penjualan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News