Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli
Menurut Arief, lesunya pendapatan ADHI disebabkan oleh rendahnya pelaksanaan proyek yang dipengaruhi oleh masalah modal kerja. Saat ini, masalah modal kerja tengah menggeliat dihadapi oleh sebagian besar kontraktor BUMN termasuk Adhi Karya.
Berdasarkan laporan keuangan ADHI, jumlah liabilitas atau utangnya sebesar Rp 30,43 triliun, sementara total asetnya terpantau sebesar Rp 39,34 triliun hingga akhir Juni 2023. Liabilitas termasuk utang tersebut terdiri dari kewajiban jangka pendek sebesar Rp 23,16 triliun dan jangka panjang Rp 7,26 triliun
Arief mencermati, penurunan kinerja saham ADHI di sepanjang tahun ini tidak terlepas dari sentimen negatif dari hutang yang menggunung dari kontraktor BUMN. Hal ini sekaligus menguji selera investor terhadap obligasi korporasi perusahaan kontraktor BUMN dan mempengaruhi kemampuan mereka untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dan kebutuhan modal kerja.
Baca Juga: BUMN Karya Masih Terlilit Utang, Simak Rekomendasi Analis Mirae Asset Sekuritas
Sementara itu, Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Johan Trihantoro masih mengapresiasi kinerja positif ADHI di tengah kondisi ketidakpastian ekonomi global kembali membayangi, setelah pulih dari dampak pandemi COVID-19. Berbagai rentetan kejutan terjadi, mulai dari konflik geopolitik, gangguan rantai pasok, lonjakan inflasi, dan lonjakan tingkat suku bunga yang mengarahkan ekonomi global kembali menuju perlambatan.
“Dengan hasil kinerja ADHI pada semester pertama tersebut tentunya ini akan menopang kinerja keuangan perusahaan, sehingga mampu memenuhi kewajiban jangka pendek dan jangka panjang,” kata Johan kepada Kontan.co.id, Senin (7/8).
Kinerja positif ADHI diyakini akan mendukung penguatan kapabilitas internal, serta solidnya strategi untuk menghasilkan proyek-proyek dengan nilai berkelanjutan. Dengan demikian, emiten pelat merah tersebut bisa memaksimalkan peluang pertumbuhan bisnis pada setiap lini usaha.
Johan memandang, sejumlah peluang masih terbuka bagi ADHI dalam mendapatkan kontrak baru. Hal ini seiring dengan komitmen pemerintah yang masih fokus kepada pembangunan infrastruktur sebagai salah satu fokus kebijakan pemerintah di tahun 2023.
“Dan tentu saja, kehadiran proyek di Ibu Kota Negara (IKN) baru di 2023 akan memberikan peluang perusahaan kontruksi dalam mendapatkan kontrak baru,” tambahnya.
Baca Juga: Adhi Karya (ADHI) Bidik Potensi Bisnis Berbasis Lingkungan
Johan merekomendasikan Buy untuk ADHI dengan target harga sebesar Rp 535 per saham. Namun demikian, ADHI untuk saat ini secara minor masih mengalami downtrend, tetapi masih menarik sebagai portofolio.
Kalau Arief menyarankan HOLD untuk ADHI dengan target harga sebesar Rp 496 per saham. Meskipun kinerja dibayangi persoalan hutang, ADHI masih memiliki neraca yang relatif kuat dengan Debt Equity Ratio (DER) mencapai 1,3 kali, terendah dibandingkan dengan rekan-rekannya WIKA dan WSKT berkisar 1,9 kali - 3,5 kali. Hal itu terutama dibantu oleh peningkatan modal melalui rights issue sebesar Rp 3,6 triliun yang dilakukan ADHI pada akhir 2022.
Sedangkan, Head of Research InvestasiKu Cheril Tanuwijaya merekomendasikan Buy on Weakness untuk ADHI untuk bisa mencermati di area Rp 420 per saham, dengan target harga sebesar Rp 460 per saham. Lakukan Stop Loss apabila harga saham ADHI turun di bawah Rp 410 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News