kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.476.000   8.000   0,54%
  • USD/IDR 15.855   57,00   0,36%
  • IDX 7.134   -26,98   -0,38%
  • KOMPAS100 1.094   -0,62   -0,06%
  • LQ45 868   -3,96   -0,45%
  • ISSI 217   0,66   0,31%
  • IDX30 444   -2,90   -0,65%
  • IDXHIDIV20 536   -4,36   -0,81%
  • IDX80 126   -0,06   -0,05%
  • IDXV30 134   -2,14   -1,58%
  • IDXQ30 148   -1,23   -0,83%

Kinerja ciamik Surya Esa Perkasa (ESSA) terdorong tren harga LPG dan amonia


Jumat, 16 Juli 2021 / 14:25 WIB
Kinerja ciamik Surya Esa Perkasa (ESSA) terdorong tren harga LPG dan amonia
ILUSTRASI. Kinerja PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) ciamik di kuartal I-2021


Reporter: Vina Elvira | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja positif yang diraih PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) di kuartal I-2021 didorong oleh pemulihan harga pasar liquified petroleum gas (LPG) dan amonia yang semakin membaik. Manajemen menyebut, tren positif tersebut masih berlanjut hingga kuartal II-2021. 

Direktur Surya Esa Perkasa, Kanishk Laroya mengungkapkan, pada kuartal pertama tahun lalu, harga amonia berada pada posisi terendah dalam 11 tahun terakhir. Sehingga pemulihan harga yang terjadi saat ini akan meningkatkan pendapatan dan laba secara signifikan. 

"Peningkatan pendapatan dan laba bersih ESSA pada kuartal I-2021 didorong oleh pemulihan kondisi serta harga pasar LPG dan amonia," ungkap Kanishk kepada Kontan.co.id, Selasa (13/7) lalu. 

Sebagai gambaran, hingga akhir Maret lalu, perusahaan ini membukukan pendapatan mencapai US$ 68,5 juta, meningkat 8,86% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar US$ 62,9 juta. 

Baca Juga: Laba Surya Esa Perkasa (ESSA) melonjak di kuartal I, ini pendorongnya

Torehan positif pada kinerja pendapatan, turut mendorong posisi laba bersih ESSA menjadi lebih baik. Produsen aminoa ini mencatatkan laba bersih senilai US$ 6,40 juta, atau melonjak hingga 520% dari realisasi laba bersih di periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya US$ 1,03 juta.

Kanishk bilang, sulit bagi pihaknya untuk memprediksi bagaimana tren harga amonia hingga penghujung tahun nanti. Hal itu lantaran harga jual amonia sangat ditentukan oleh kekuatan pasar yang juga tidak bisa diprediksi, terutama di tengah kondisi pandemi seperti saat ini. 

"Harga amonia terus menguat di kuartal II-2021 karena ekonomi global telah menemukan pijakannya setelah dampak Covid-19. Harga ditentukan oleh kekuatan pasar sehingga kami tidak dapat memberikan komentar tren harga ke depan," kata dia. 

Meskipun begitu, dia berujar bahwa ESSA akan tetap beroperasi secara optimal sembari diiringi dengan evaluasi bisnis secara berkala, guna menjajaki setiap peluang baru yang dapat membantu meningkatkan kinerja bisnis perusahaan sepanjang tahun. 

"ESSA akan terus fokus mengoptimalkan operasi serta produksi amonia & LPG. Selanjutnya, pendapatan ESSA akan tergantung pada harga produk yang didorong oleh kondisi pasar internasional,"  ujarnya. 

Maka dari itu, Kanishk pun tidak dapat berbicara banyak menyoal target pendapatan dan laba perusahaan di tahun ini. Lantaran semuanya akan bergantung pada harga produk dan juga kondisi pasar secara global. 

"Pendapatan dan laba tahunan ESSA akan ditentukan oleh kondisi pasar dan harga produk," bebernya. 

Baca Juga: Surya Esa Perkasa (ESSA) meraup laba bersih US$ 6,40 juta pada triwulan I

Tidak ada alokasi belanja modal atau capital expenditure (capex) signifikan yang direncanakan ESSA di tahun ini. Dia tak menyebut angka pasti terkait dana yang dianggarkan, namun menurutnya dana capex hanya akan digunakan untuk pemeliharaan berkala yang diharapkan bisa menggunakan dana internal perusahaan. 

Sedikit informasi, pendapatan ESSA masih dipegang oleh kontribusi pendapatan amonia sebesar 86%, sedangkan kontribusi segmen LPG hanya mencapai 14%. 

Baru-baru ini, ESSA bekerjasama dengan Japan Oil, Gas and Metals National Corporation (JOGMEC), Mitsubishi Corporation (MC), dan Institut Teknologi Bandung (ITB) melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) tentang pengumpulan, pemanfaatan dan penyimpanan karbon (carbon capture, utilization & storage /CCUS) untuk produksi amonia biru di Indonesia di Pabrik amoniak di Banggai, Sulawesi Tengah.

Selanjutnya: Garuda Indonesia (GIAA) meraih pendapatan usaha US$ 1,4 miliar di tahun 2020

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×