Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski di tengah pandemi, kinerja bank syariah mampu unggul dibandingkan bank konvensional. Lihat saja, Bank Syariah Indonesia (BRIS) mampu mencatatkan pertumbuhan laba bersih hingga 38,45% menjadi Rp 3,02 triliun di sepanjang 2021.
Lalu laba bersih Bank BTPN Syariah (BTPS) mampu melonjak 72% yoy menjadi Rp 1,47 triliun pada tahun lalu. Hanya, Bank Aladin (BANK) yang mencatatkan rugi bersih Rp 131,21 miliar di sepanjang 2021.
Kinerja yang cemerlang ini membuat prospek saham emiten bank syariah masih menarik. Emtrade menilai prospek saham bank syariah 2022 lebih cerah karena pemulihan ekonomi yang terus berkelanjutan.
William Siregar, Senior Equity Research Analyst Emtrade menyebut Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya muslim. Populasi penduduk muslim Indonesia yang mencapai 229 juta menjadi peluang dan target penetrasi ekonomi syariah yang saat ini rasionya masih 6,41% dan lebih rendah dibanding negara di Asia dan Uni Emirat Arab (UEA).
Adapun sentimen yang akan mempengaruhi kelompok saham bank syariah berupa potensi peningkatan dana kelolaan haji seiring dengan prospek pembukaan ekonomi kembali. Lalu terdapat sekitar 590.000 lebih masjid di Indonesia dan masih banyak yang belum memiliki akses perbankan.
Baca Juga: Memanfaatkan Maximum Drawdown di Saham
“Lalu sharia lifestyle yang semakin menggeliat. Peluang digitalisasi industri syariah dan halal yang semakin diminati masyarakat di tengah Pandemi Covid-19,” ujar William kepada Kontan.co.id pada akhir pekan.
Emtrade menetapkan target emiten bank syariah ini menggunakan analisa teknikal. Namun dalam penempatan target ini, Emtrade belum mereview fundamental-nya.
“BTPS secara teknikal mengalami trend sideways. Dalam jangka pendek berpotensi terkonsolidasi di area support Rp 3.330 yang diperoleh dari low Januari 2022 hingga resisten Rp 3.900 yang diperoleh dari High Februari 2022,” paparnya.
Sementara itu, saham BANK secara teknikal dalam jangka menengah masih membentuk lower high yang menunjukkan downtrend. Meski demikian, dalam jangka pendek mulai membentuk higher low yang menunjukkan potensi perbaikan trend.
“Namun selama belum berhasil breakout masa downtrend, dalam jangka pendek berpotensi terkonsolidasi di area support Rp 2.070 yang diperoleh dari low Januari 2022 hingga resisten Rp 2.420 yang diperoleh dari high Februari 2022,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News