kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.927.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.347   53,00   0,33%
  • IDX 7.376   63,89   0,87%
  • KOMPAS100 1.043   6,90   0,67%
  • LQ45 788   2,51   0,32%
  • ISSI 247   3,83   1,58%
  • IDX30 408   0,79   0,19%
  • IDXHIDIV20 465   -0,36   -0,08%
  • IDX80 118   0,76   0,65%
  • IDXV30 119   0,47   0,40%
  • IDXQ30 129   -0,07   -0,06%

KIJA menggenjot proyek di Kendal


Sabtu, 26 November 2016 / 10:30 WIB
KIJA menggenjot proyek di Kendal


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. PT Kawasan Industri Jababeka (KIJA) mulai merealisasikan mimpi membangun Kawasan Industri Kendal (KIK) yang terletak di 20 kilometer barat Semarang, Jawa Tengah. Pertengahan November, Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong resmi meluncurkan proyek ini.

KIJA, melalui anak usahanya PT Bekasi Power, membentuk perusahaan patungan alias joint venture (JV) dengan Sembcorp Development Ltd dari Singapura dengan nama PT United Power. KIJA memiliki 51% saham United Power dan Semcorp 49%.

Sebanyak 20 investor atau perusahaan sudah meneken perjanjian bisnis untuk membeli 100 hektare (ha) lahan di kawasan industri baru ini. Perusahaan-perusahaan ini berasal dari berbagai sektor usaha, dengan komposisi sebesar 70% merupakan perusahaan asing dan 30% adalah perusahaan lokal.

Sekretaris Perusahaan KIJA Muljadi Suganda mengatakan, satu dari 20 perusahaan mulai mengoperasikan bisnis di KIK. Sedangkan 19 perusahaan lain masih harus menunggu pengembangan lahan pesanan KIK rampung.

Lahan 100 ha ini merupakan bagian dari 860 ha lahan pengembangan tahap I. Sejatinya, KIJA ingin mengembangkan total area 2.700 ha. Mengingat area yang luas, proses pembangunan pun bertahap.

Meski masih belum semuanya dikembangkan, menurut Muljadi, kontribusi kawasan industri di Kendal sudah terlihat, yaitu sekitar 26% dari total marketing sales hingga kuartal ketiga. "Kawasan industri di Kendal ini menjadi katalis pertumbuhan Jababeka ke depan," kata dia kepada KONTAN, Jumat (25/11).

Sejauh ini, pengembangan KIK meliputi mengembangkan infrastruktur dasar seperti jalan, pengairan, pembangkit listrik, pengolahan air bersih, pengolahan air limbah dan sarana penyediaan gas. Proses pembangunan KIK sudah berlangsung mulai tahun 2012.

Sejak membangun empat tahun silam itu, Jababeka menggelontorkan dana investasi Rp 1,3 triliun. Menurut rencana, KIK bakal dikembangkan dengan membagi area ke sejumlah kluster khusus, mulai dari industri hulu hingga hilir.

Jababeka memprediksi pengerjaan KIK tahap I seluas 860 ha paling cepat rampung tahun 2020. Selain bisnis kawasan industri, Jababeka masih berniat memperkuat bisnis pembangkit listrik.

Perusahaan ini tengah membidik proyek pembangunan pembangkit listrik baru di Cikarang dengan dengan kapasitas 130 mega watt (MW). Nilai investasinya sekitar US$ 120 juta.

Pembangkit listrik ini akan melengkapi pembangkit listrik Bekasi Power Plant berkapasitas 130 MW yang sudah beroperasi. Proyek yang berjalan di bawah PT Bekasi Power ini masih menemui tantangan.

"Kami masih minat, tapi kami belum tahu sampai nanti kami dapatkan kontrak dari PLN. Bagaimanapun juga, kami jual ke PLN dulu. Itu adalah sebuah kunci. Kalau Kendal memang baru sehingga listriknya masih cenderung kecil," kata Muljadi.

KIJA melihat, tantangan bisnis ke depan adalah kebijakan ekonomi Amerika Serikat dengan presiden yang baru. "Kami harus bisa baca itu. Bagaimana kaitannya dengan Jababeka? Sebagai penggerak kawasan industri, otomatis ini terkait," imbuh dia.

Meski demikian, dirinya melihat bahwa target pertumbuhan ekonomi yang dibidik oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani sebesar 5,2% merupakan sinyal positif bagi KIJA.

"Yang kami lihat dari Jababeka, ada confidence dari investor terutama di kuartal kedua yang naik terus ke kuartal ketiga. Harapannya bertahan terus sampai kuartal keempat, walaupun ada challenge di bulan Desember karena sudah periode akhir tahun," ujarnya.

KIJA mencatat total pendapatan sebesar Rp 1,94 triliun hingga 30 September 2016, turun 15% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2015. KIJA memiliki persentase pendapatan berulang sebesar 63% dari total pendapatan. "Ketika properti naik turun, KIJA tetap bisa stabil," pungkas Muljadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×