CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.386.000   -14.000   -1,00%
  • USD/IDR 16.295
  • IDX 7.288   47,89   0,66%
  • KOMPAS100 1.141   4,85   0,43%
  • LQ45 920   4,23   0,46%
  • ISSI 218   1,27   0,58%
  • IDX30 460   1,81   0,40%
  • IDXHIDIV20 553   3,30   0,60%
  • IDX80 128   0,57   0,44%
  • IDXV30 130   1,52   1,18%
  • IDXQ30 155   0,78   0,50%

Kian Bertenaga, Saham Barito Renewable (BREN) Bakal Jadi Rebutan Manajer Investasi?


Jumat, 08 Desember 2023 / 20:14 WIB
Kian Bertenaga, Saham Barito Renewable (BREN) Bakal Jadi Rebutan Manajer Investasi?
ILUSTRASI. Melesatnya saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) membuka peluang saham tersebut jadi rebutan Manajer Investasi (MI).


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Melesatnya saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) membuka peluang saham milik konglomerat Prajogo Pangestu tersebut jadi rebutan Manajer Investasi (MI). Jika performa apik mampu dipertahankan, bukan tidak mungkin BREN dipertimbangkan masuk portofolio.

BREN telah membuktikan ketangguhannya dengan kapitalisasi pasar yang menembus Rp 1.076 triliun berdasarkan data RTI Business, Jumat (8/12). Market Cap BREN hampir menyalip saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) di posisi pertama sebesar Rp 1.078 triliun.

Harga saham BREN juga terpantau terus menghijau yang saat ini berada di posisi Rp 8.050 sejak listing perdana pada 9 Oktober 2023. BREN telah menguat sekitar 54% dalam sebulan terakhir.

Baca Juga: Terkonfirmasi, BREN Emiten Milik Prajogo Pangestu Siap Akuisisi PLTB Sidrap

CEO Pinnacle Investment Indonesia (PT Pinnacle Persada Investama) Guntur Putra mengungkapkan bahwa pihaknya membuka peluang untuk menambah saham-saham dengan penguatan signfikan seperti BREN. Pinnacle senantiasa melakukan analisis mendalam terkait potensi suatu saham dan mempertimbangkan apakah dapat menjadi bagian dari portofolio ke depannya.

Saham-saham yang menunjukkan kinerja solid dan memenuhi kriteria investasi Pinnacle, maka tidak menutup kemungkinan untuk mengakomodasinya ke dalam portofolio. Tidak hanya BREN, saham lainnya dengan potensi pertumbuhan juga dipertimbangkan.

Bahkan meskipun BREN bukan termasuk saham indeks LQ45, Pinnnacle tetap membuka peluang untuk menambahkannya ke delam portofolio. Pinnacle akan mengevaluasi dan memasukkan saham-saham non LQ45 yang memenuhi kriteria, memiliki potensi dan likuiditas yang memadai ke dalam portofolio, sejalan dengan prinsip diversifikasi.

Hanya saja, Guntur mengatakan, penguatan saham oleh BREN ataupun CUAN milik Prajogo Pangestu sejauh ini belum masuk ke dalam portofolio karena kriteria pemilihan universe di Pinnacle sangatlah ketat. 

Pinnacle lebih mementingkan tingkat likuditas yang nyata dan juga pertimbangan lainnya seperti potensial overvaluation yang mungkin membuat saham sulit dijangkau.

“Dalam pengambilan keputusan investasi, kami selalu mengedepankan prinsip kehati-hatian dan evaluasi menyeluruh terhadap potensi risiko dan return,” jelas Guntur kepada Kontan.co.id, Jumat (8/12).

Guntur menegaskan, Pinnacle selaku Manajer Investasi memiliki kewajiban fidusiari terhadap para investor untuk melakukan yang terbaik demi kepentingan investor. Fokus Pinnacle lebih kepada memberikan kinerja portofolio yang konsisten dengan mengutamakan tingkat likuditas yang tinggi.

SVP, Head of Retail, Product Research & Distribution Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi menilai, adanya potensi keuntungan tinggi untuk menerima saham seperti BREN ataupun CUAN. Kenaikan pesat dapat memberikan keuntungan yang signifikan, jika saham diakuisisi sebelum terjadinya kenaikan.

Baca Juga: Kejar-kejaran, Selisih Market Cap BREN dengan BBCA Kini Tinggal Rp 2 Triliun

Reza bilang, menambah porsi saham non LQ45 seperti BREN ke dalam portofolio dapat membantu diversifikasi dan mengurangi risiko yang terkonsentrasi pada saham-saham indeks tersebut saja. Saham non LQ45 dengan kenaikan tinggi tentunya menjadi perhatian bagi para MI karena potensi keuntungan yang dapat dihasilkan.

Namun, risiko likuditas mungkin menghantui karena saham di luar indeks LQ45 bisa lebih sulit untuk diperjualbelikan dalam jumlah besar tanpa mempengaruhi harga pasar. Saham non LQ45 seringkali lebih volatil yang berarti nilai mereka bisa berubah dengan cepat dan secara signifikan, sehingga menambah risiko bagi MI.

“Terdapat kemungkinan juga saham-saham diluar indeks LQ45 yang naik pesat tersebut sudah overvalued. Ini berarti harga saham mungkin tidak mencerminkan nilai intrinsik perusahaan,” kata Reza kepada Kontan.co.id, Jumat (8/12).

Menurut Reza, apabila saham seperti BREN sudah masuk ke dalam jajaran indeks LQ45, maka bisa meningkatkan minat manajer Investasi karena saham tersebut akan dianggap lebih likuid dan stabil. 

Seperti diketahui, Indeks LQ45 merupakan kumpulan dari 45 saham perusahaan terbaik yang sudah diseleksi ketat.

“Manajer Investasi termasuk HPAM, mungkin akan mempertimbangkan saham-saham tersebut untuk mempercantik portofolio jika mereka memenuhi kriteria investasi dan sesuai dengan strategi investasi MI,” tutur Reza.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[ntensive Boothcamp] Business Intelligence with Ms Excel Sales for Non-Sales (Sales for Non-Sales Bukan Orang Sales, Bisa Menjual?)

[X]
×