Reporter: Marantina, Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Ekspektasi terhadap peningkatan laju inflasi menjadi alasan investor asing keluar dari pasar obligasi negara di Indonesia. Mengutip data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang, dana asing di Surat Berharga Negara per 23 Agustus turun Rp 2,5 triliun dibanding posisi per 16 Agustus sebelum libur lebaran.
Kepemilikan asing di surat berharga negara (SBN) per 23 Agustus senilai Rp 236,08 triliun. Ini artinya asing memegang 29,54% dari total outstading SBN yang saat itu mencapai Rp 799,21 triliun.
Porsi asing itu lebih rendah daripada posisi per 16 Agustus 2012, yaitu 29,78% dari total Rp 801,01 triliun. Atau, sebanyak Rp 238,58 triliun.
Kepemilikan asing terbilang stagnan jika dibanding posisi per akhir Juli. Saat itu, porsi asing sebesar 29,59% dari total Rp 799,66 triliun atau senilai Rp 234,56 triliun.
Lana Soelistianingsih, Ekonom Samuel Sekuritas, memproyeksi, asing keluar karena kekhawatiran terhadap inflasi yang tinggi. "Laju inflasi di masa lebaran, biasanya lebih tinggi," kata dia.
Pasar merasa khawatir ada tekanan imbal hasil di masa inflasi tinggi. Tak heran, harga obligasi negara juga ikut terkoreksi. "Namun ini hanya teknikal. Pasar memanfaatkan momentum jangka pendek saja," tutur Lana.
Dalam jangka panjang, Lana menduga, imbal hasil SBN masih cenderung menanjak. Tapi dia menyarankan, pemodal untuk mewaspadai kemungkinan rupiah melemah terhadap dollar AS. Ia mengingatkan, sentimen yang bisa menggerus rupiah, lebih kuat ketimbang sentimen positif.
Asing masih minat
Bank Indonesia sudah melemparkan sinyal, tidak akan ada perubahan bunga acuan, alias BI rate, dari levelnya saat ini, yaitu 5,75%. Namun, Lana bilang, BI justru menaikkan bunga SBI sembilan bulan dan bunga Fasbi.
Tak ayal, imbal hasil SBN kembali meroket. Meski begitu, Lana menduga koreksi yang terjadi hanya untuk tenor di bawah lima tahun. "Kondisi ini berlangsung sementara, sampai harga dianggap murah," papar dia.
Selain ancaman peningkatan inflasi dalam negeri, pemodal juga perlu mewaspadai ssentimen eksternal. Saat ini, spekulasi penyaluran stimulus di sejumlah negara, memang menggairahkan pasar global. Tapi apabila spekulasi tersebut tidak terbukti, para pelaku pasar tentu kembali merealisasi keuntungan.
Meski begitu, Helmi Therik, analis AAA Securities, memproyeksi investor asing masih akan mempertahankan kepemilikannya di SBN. Ia beralasan, surat utang pemerintah Indonesia masih menawarkan imbal hasil menarik.
Penurunan dana asing yang terjadi selama libur lebaran hanya koreksi sementara. Helmi bilang, kemarin harga obligasi pemerintah cukup tinggi dan imbal hasil berada di level rendah. Karena itu, potensi koreksi sangat mungkin terjadi. “Cenderung sideways bila dibandingkan awal tahun ini,” proyeksi dia.
Lana pun sepakat, Indonesia masih memberi return yang cukup besar. Dia menambahkan dari keseluruhan dana asing yang masuk ke emerging market hanya 5% ke Indonesia. Ini karena, investment grade Indonesia masih berada di batas bawah.
Jika sentimen positif terus dijaga, Lana optimistis, sampai akhir tahun investor asing masih masuk ke Indonesia. Dia memprediksi, di akhir tahun, kepemilikan asing bisa meningkat lebih 30% dari total outstanding SBN yang dapat diperdagangkan.
Sementara, Helmi memprediksi dana asing yang parkir di SBN bisa mencapai 35% hingga akhir tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News