Reporter: Sofyan Nur Hidayat | Editor: Test Test
JAKARTA. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) mencetak kinerja cemerlang sepanjang tahun lalu. Raksasa mie instan ini mengantongi laba bersih sebesar Rp 2,08 triliun, atau melonjak 100,7% dari pencapaian tahun 2008 senilai Rp 1,03 triliun.
Padahal, penjualan bersih Indofood pada tahun 2009 melorot 4,3% menjadi Rp 37,14 triliun. Penyebabnya adalah penurunan harga minyak sawit mentah (CPO) dan tepung terigu. Hanya saja, INDF berhasil menggenjot laba kotornya sebesar 12,8% menjadi Rp 10,12 triliun. Ini terjadi lantaran manajemen mampu menekan biaya bahan baku.
Selama tahun lalu, beban pokok penjualan INDF menyusut 9,39% menjadi Rp 27,018 triliun. Di sisi lain, perusahaan ini meraih laba kurs senilai Rp 731,03 miliar. Setahun sebelumnya, Indofood justru menderita rugi kurs senilai Rp 713,13 miliar.
"Bisnis kami yang meliputi agribisnis dan non-agribisnis telah membuktikan ketangguhannya selama dua tahun terakhir ini," tutur Direktur Utama Indofood, Anthoni Salim, dalam pernyataan persnya, kemarin (23/3).
Pada 2009, Grup Produk Konsumen Bermerek (CBP) yang meliputi divisi mie instan, produk olahan susu, penyedap rasa, makanan ringan serta nutrisi dan makanan khusus, memberikan kontribusi 43% dari total penjualan bersih konsolidasi Indofood. Kontributor kedua adalah Grup Bogasari sebesar 28%, Grup Agribisnis menyumbangkan 21%, dan Grup Distribusi berkontribusi 8% dari total penjualan INDF.
Analis BNI Securities, Akhmad Nurcahyadi, berpendapat, peningkatan laba bersih Indofood dipicu oleh apresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada tahun lalu. Artinya, "Saya menilai kinerja Indofood cukup baik dalam tanda kutip," kata dia.
Akhmad memprediksi, tahun ini kinerja Indofood semakin membaik. Penguatan rupiah akan menguntungkan Indofood meski kontibusinya terhadap laba bersih tak besar. Selain itu, kenaikan harga komoditas dan menyusutnya utang berpeluang menggenjot kinerja INDF.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News