Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketidakpastian global menjadi salah satu sentimen negatif yang menekan prospek penyerapan saham–saham rights issue di sisa tahun 2022.
Analis Kanaka Hita Solvera Andhika Cipta Labora mengatakan prospek rights issue di akhir tahun akan berat untuk diserap pasar. Hal tersebut seiring dengan ketidakpastian ekonomi global dan kondisi pasar bearish yang membuat investor akan cenderung wait and see.
“Selain itu, dengan naiknya suku bunga Bank Indonesia (BI) akan membuat investor akan lebih memilih investasi di pasar uang karena lebih aman dan return yang mulai naik,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (16/11).
Berdasarkan catatan Kontan.co.id, PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) bahkan memutuskan untuk mengubah target perolehan dana dari perhelatan rights issue. Perseroan menargetkan bisa menghimpun dana segar sebesar Rp 1,7 triliun dari sebelumnya Rp 5 triliun.
Baca Juga: Ada 42 Emiten di Pipeline Rights Issue BEI, Estimasi Dana Capai Rp 39,4 Triliun
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), sampai dengan tanggal 11 November 2022 terdapat 42 perusahaan tercatat yang berada pada pipeline rights issue. Perkiraan total dana yang akan diperoleh melalui rights issue sebesar Rp 39,4 triliun.
Adapun mayoritas emiten yang akan melakukan rights issue dari sektor keuangan, sebanyak 16 emiten. Hal tersebut seiring dengan aturan modal inti perbankan akhir tahun ini sebesar Rp 3 triliun.
Andhika menilai, di tengah ketidakpastian ekonomi global ini rights issue perbankan masih akan terserap dengan baik. "Seharusnya untuk bank terserap dengan baik, karena sudah dari tahun lalu," kata dia.
Selain perbankan, adapula beberapa emiten yang tengah bersiap melakukan rights issue. Antara lain, PT Maharaksa Biru Energi Tbk (OASA), PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT).
Baca Juga: OJK Beberkan Manfaat Wajib Modal Inti Minimum Rp 3 Triliun bagi Bank hingga Regulator
Adapun rencana penggunaan dana rights issue OASA untuk akuisisi saham PT Indoplas Makmur Lestari dan lainnya untuk peningkatan setoran modal, pembelian kantor, dan modal kerja. Kemudian SMGR bertujuan untuk mengakuisisi sebagian saham PT Semen Baturaja Tbk (SMBR). Lalu, WSKT guna penyelesaian proyek.
Andhika mencermati bahwa untuk WSKT, dengan mendapatkan dana rights issue bisa bermanfaat guna mengerjakan proyek konstruksi di IKN dan bisa membuat prospek emiten makin positif. Lalu untuk SMGR, sektor semen yang sempat tertekan karena oversupply, dengan adanya IKN tentu akan terserap dan harga batubara yang terkoreksi juga bisa membuat SMGR prospeknya meningkat.
"Dana rights issue bisa digunakan untuk mendukung proyek IKN," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News