kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.191.000   16.000   0,74%
  • USD/IDR 16.742   -34,00   -0,20%
  • IDX 8.099   58,67   0,73%
  • KOMPAS100 1.123   8,34   0,75%
  • LQ45 803   6,91   0,87%
  • ISSI 282   2,37   0,85%
  • IDX30 422   3,62   0,87%
  • IDXHIDIV20 480   0,21   0,04%
  • IDX80 123   1,39   1,14%
  • IDXV30 134   0,51   0,38%
  • IDXQ30 133   0,20   0,15%

Ketegangan Geopolitik hingga Musim Dingin Jadi Penopang Harga Energi


Senin, 29 September 2025 / 05:46 WIB
Ketegangan Geopolitik hingga Musim Dingin Jadi Penopang Harga Energi
ILUSTRASI. A pump jack operates near a crude oil reserve in the Permian Basin oil field near Midland, Texas, U.S. February 18, 2025. REUTERS/Eli Hartman


Reporter: Chelsea Anastasia | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas energi menutup perdagangan akhir September 2025 dengan kecenderungan menguat.

Mengutip Trading Economics Minggu (28/9/2025), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 0,32% harian menjadi US$ 65,19 per barel.

Sementara itu, harga minyak Brent juga menguat 0,36% ke posisi US$ 69,67 per barel.

Baca Juga: Harga Minyak Naik Imbas Serangan Pesawat Tak Berawak Ukraina Pangkas Pasokan Rusia

Adapun harga batu bara melonjak 1,29% ke US$ 106,4 per ton. Sebaliknya, harga gas alam terkoreksi 0,56% ke US$ 3,177 per MMBtu, meski secara mingguan masih mencatat kenaikan tajam 10,01%.

Founder Traderindo Wahyu Laksono menilai, tren penguatan saat ini banyak dipengaruhi faktor jangka pendek maupun musiman.

Meski begitu, prospek harga energi hingga akhir tahun dinilai tidak akan lepas dari sejumlah tantangan.

“Untuk minyak mentah, ketegangan geopolitik bisa mengganggu rantai pasok dan mendorong premi risiko harga,” jelas Wahyu kepada Kontan.co.id.

Ia menambahkan, faktor musiman turut memberi dorongan terutama pada gas alam. Permintaan biasanya meningkat seiring datangnya musim dingin di belahan bumi utara.

Selain itu, inflasi dan kenaikan biaya logistik berpotensi menambah tekanan harga energi.

Baca Juga: Minyak Dunia Catat Kenaikan Mingguan Terbesar Sejak Juni, Rusia Batasi Ekspor BBM

Menurut Wahyu, sentimen yang akan mewarnai pasar energi hingga akhir tahun mencakup keputusan OPEC+, tambahan pasokan dari produsen non-OPEC+, serta kekhawatiran perlambatan ekonomi global.

“Untuk batu bara, permintaan lesu dari China dan India bisa menjadi sentimen bearish. Sementara transisi energi ke sumber bersih juga perlahan mengurangi kebutuhan batu bara secara struktural,” paparnya.

Adapun untuk gas alam, pergerakan harga sangat dipengaruhi oleh permintaan LNG di Eropa dan Asia, serta tingkat produksi di Amerika Serikat.

“Kondisi cuaca ekstrem juga berpotensi menjadi pemicu tambahan,” imbuh Wahyu.

Dari sisi proyeksi, Wahyu memperkirakan harga minyak WTI bergerak di kisaran US$ 60–65 per barel hingga akhir 2025.

Baca Juga: Pemerintah Stop Operasional 190 Perusahaan Mineral dan Batubara, Ini Pelanggarannya

Harga batubara diperkirakan berada di rentang US$ 95–105 per ton, seiring kelebihan pasokan dan dorongan global menuju energi bersih.

Sementara harga gas alam berpotensi naik secara musiman hingga menembus US$ 3,50 per MMBtu.

Selanjutnya: Prabowo Bakal Meresmikan 25.000 Rumah Subsidi

Menarik Dibaca: 7 Rekomendasi Film Musikal Populer dari Petualangan Sherina sampai Coco

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×