Reporter: Namira Daufina | Editor: Sofyan Hidayat
JAKARTA. Setelah Indonesia resmi melakukan pembatasan ekspor bijih sejak Januari 2014 dan disahkan melalui persidangan pada Desember 2014 ini, Filipina bersiap untuk menggenjot produksinya. Langkah Filipina diprediksi akan kembali melempar jatuh harga nikel di akhir tahun 2014 dan awal tahun 2015 mendatang.
“Larangan di Indonesia merupakan sinyal yang positif bagi kami. Kami akan segera memaksimalkan jeda yang ada dan memanfaatkan kapal sebanyak yang kami bisa” kata Defensor, Ketua Pertambangan Pax Libera Inc. Pax Libera sudah menyiapkan empat lokasi baru di tahun 2015 mendatang. Setelah pada 2014 ini membuka dua lokasi pertambangan baru.
Mengutip Bloomberg, Kamis (24/12), pukul 04.16 am Shanghai, harga nikel kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) turun 1,3% dari hari sebelumnya) menjadi US$ 15.450 per MT. Dalam sepekan terakhir harga nikel telah tergerus 1,1% dari US$ 15.625 per MT pada Selasa (16/12) lalu yang menjadi US$ 15.450 per MT.
Ibrahim, Analis dan Direktur PT Equilibrium Komoditi Berjangka, pun menduga bahwa ekspor nikel dari Filipina pada 2015 mendatang akan naik menjadi 26%, padahal di tahun 2014 ini hanya 24%. “Ini menekan pergerakan harga nikel hingga tahun depan,” katanya.
Pelemahan harga nikel juga diperburuk dengan data Gross Domestic Product AS yang ternyata membukukan pertumbuhan 5% untuk periode Juli-September 2014. Angka ini jauh dari prediksi yang hanya 4,3% dan dari kuartal sebelumnya yang hanya 3,9%.
Data ekonomi ini membuat index dollar AS menguat. Saat ini index dollar AS sudah menyentuh level 90,14. Mencatat level tertinggi baru. “Sehingga ini membuat kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga pada Q1 2015 semakin kuat,” kata Ibrahim. Index dollar AS yang perkasa membuat pasar menjauhi komoditas. Penghujung 2014 yang semakin dekat membuat pasar memilih aksi taking profit maka harga komoditas termasuk nikel pun terhempas.
“Prediksi di 2015 harga nikel hanya akan bergerak di level US$ 17.500 per MT karena index dollar AS diduga menyentuh level 92,” kata Ibrahim. Jauh dari dugaan awal sebelum Filipina memutuskan membuka 4 pertambangan baru.
Sebelumnya ketika Indonesia melakukan peredaman ekspor nikel, pasar global memprediksi stok akan defisit 62.400 ton pada 2015 dari sebelumnya surplus 25.100 ton pada 2014. Ini membuat Citigroup memprediksi harga nikel akan bergerak di US$ 21.625 per MT di 2015 dan US$ 25.250 per MT pada 2016.
Nyatanya prediksi tersebut terkapar di pasar global. Pada 19 Desember 2014 stok nikel di London Metal Exchange(LME) melonjak menjadi rekor baru karena naik sebanyak 55% menjadi 406.812.
“Lonjakan stok ini karena perlambatan ekonomi global termasuk China yang menyentuh terlemah sejak 1990. Belum lagi perlambatan di zona Eropa yang juga terjadi,” kata Ibrahim. Selain itu jelas, pembukaan 2 tambang baru di Filipina membuat stok ikut bertambah. Tren harga nikel sampai akhir tahun 2014 dan awal 2015 akan bearish.
Secara teknikal, Ibrahim memaparkan, saat ini harga bergerak di moving average (MA) 20% di atas Bollinger bawah. Sedangkan relative strength index (RSI) dan garis moving average convergence divergence (MACD) keduanya 60% negatif, mengindikasikan arah yang bergerak masih akan turun kembali. Terakhir stochastic 70% negatif, semakin memperkuat tren bearish pada harga nikel.
Ibrahim menduga harga sepekan ke depan di kisaran US$ 15.200 – US$ 15.460 per MT. “Harga akhir tahun di level US$ 15.200 per MT,” tutup Ibrahim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News