kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kendali harga batubara masih ada di tangan China


Senin, 15 Juni 2020 / 18:57 WIB
Kendali harga batubara masih ada di tangan China
ILUSTRASI. FILE PHOTO: Dump trucks haul coal and sediment at the Black Butte coal mine outside Rock Springs, Wyoming, U.S. April 4, 2017. REUTERS/Jim Urquhart/File Photo


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Banyak tekanan di awal 2020, pergerakan harga batubara global di sisa 2020 diyakini masih berpotensi mengalami rebound, meskipun terbatas. Hal ini didukung oleh besarnya kendali harga oleh konsumen terbesar yakni China. 

Adapun pelemahan harga yang terjadi sepanjang awal 2020, didominasi sentimen penyebaran virus Korona yang turut berdampak besar bagi pergerakan harga komoditas secara global.

Baca Juga: Produsen batubara terbesar KPC dan Arutmin Indonesia masih punya cadangan melimpah

Meskipun begitu, Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono menilai penurunan harga batubara dari Januari 2020 hingga saat ini masih lebih baik ketimbang komoditas lainnya. Apalagi dibandingkan dengan pergerakan harga minyak global yang sempat berada di area negatif, pergerakan harga batubara 2020 masih terkendali.

Sebagaimana diketahui, faktor penyebaran virus Korona atau Covid-19, turut mempengaruhi supply dan demand batubara sepanjang tahun ini. Pasalnya, banyak pabrik dan aktifitas ekonomi di beberapa negara yang berkurang, bahkan berhenti dan membuat permintaan akan batubara ikut melunak. 

Ditambah lagi, Wahyu menilai negara super power (seperti China dan Amerika Serikat) turut memanfaatkan momentum ini untuk melakukan hoarding atau menimbun cadangan, terutama komoditas strategis seperti minyak dan batubara.

Apalagi, secara keseluruhan batubara tidak memiliki masalah kontrak, storage atau penyimpanan, bahkan terkait pengiriman. "Pergerakan dan sentimen harga batubara cukup simple dan lebih mudah diatur," kata Wahyu kepada Kontan, Senin (15/6).

Baca Juga: Harga batubara turun, Maybank Kim Eng tetap menyarankan beli Adaro Energy (ADRO)

Selain itu, Wahyu mengaku bahwa harga batubara idealnya melorot ke level US$ 40 per  ton, namun faktanya harga masih bisa bertahan di kisaran US$ 50 per ton. 

Mengutip Bloomberg, pergerakan harga batubara turun sebanyak 25,57% year to date (ytd). Harga telah turun dari level US$ 70,40 per ton pada 30 Desember 2019, menjadi US$ 52,40 per ton pada perdagangan Kamis (11/6).  "Ini karena, dari sisi storage batubara cukup mudah, ditambah lagi harga cukup mudah di-manage oleh China apabila terjadi kelebihan pasokan," jelasnya.




TERBARU

[X]
×