kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kenaikan Suku Bunga Diprediksi Dapat Tarik Asing Kembali Masuk Ke Pasar Obligasi


Kamis, 25 April 2024 / 19:00 WIB
Kenaikan Suku Bunga Diprediksi Dapat Tarik Asing Kembali Masuk Ke Pasar Obligasi
ILUSTRASI. prospek pasar obligasi


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indoensia (BI) meningkatkan BI-Rate sebesar 25bps menjadi 6,25%. Analis nilai kenaikan tersebut dapat memicu asing masuk kembali ke pasar obligasi dalam negeri.

Chief Economist Pefindo Suhindarto mengatakan kenaikan suku bunga akan mendukung pasar dan lebih meringankan volatilitas dengan mengurangi laju arus keluar dana asing dari pasar modal. Meskipun demikian, dari sisi pricing, kenaikan suku bunga akan mendorong kenaikan yield.

"Namun demikian, yield yang lebih tinggi tersebut diperlukan untuk menjaga stabilitas dengan menahan kemungkinan berlanjutnya arus keluar ketika sentimen eksternal kembali memburuk," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (25/4).

Setelah libur Lebaran, Selasa (15/4) hingga Rabu (24/4) asing telah melepas kepemilikan sebesar Rp 13,35 triliun di pasar surat utang pemerintah.

Baca Juga: Cermati Reksadana Pilihan BRI Manajemen Investasi Saat Ekonomi Global Tertekan

Menurut Darto, yield yang lebih tinggi membuka ruang bagi investor asing untuk masuk kembali. Secara fundamental, ia melihat Indonesia masih solid yang tercermin dari dipertahankannya peringkat sovereign Indonesia dengan outlook stabil oleh berbagai Lembaga pemeringkat internasional.

Moody's kembali mempertahankan Sovereign Credit Rating Republik Indonesia pada peringkat Baa2 (satu tingkat di atas investment grade) dengan outlook stabil. Moody’s sendiri telah melihat bahwa ketahanan ekonomi Indonesia di tengah gejolak ekonomi global diperkirakan akan tetap solid.

Kredibilitas kebijakan moneter dan fiskal yang ditempuh bank sentral dan pemerintah juga diyakini mendukung pencapaian tersebut.

"Sehingga, dari sudut pandang saya, investor asing keluar sebenarnya karena lebih memanfaatkan sentimen bukan karena perubahan pada sisi fundamental," sambungnya.

Dipaparkan, keluarnya asing karena mengambil momen surplus Februari 2024 yang tipis, hawkish the Fed, tensi geopolitik memanas, dan inflasi domestik yang naik di bulan Maret. Situasi ini mirip dengan yang terjadi di Oktober 2023.

Baca Juga: SMF Gandeng BRI Danareksa Sekuritas Hadirkan Produk EBA Ritel di Aplikasi BRIGHTS

Suku bunga yang lebih tinggi, disebutnya menjaga spread suku bunga domestik dengan pasar AS menjadi lebih lebar daripada sebelumnya. Spread tersebut diproyeksikan akan menjadi faktor penarik bagi investor asing dan kemungkinan akan menarik mereka untuk masuk kembali sambil menunggu pasar cukup terdiskon.

Selain itu, spread yang lebih lebar juga mendukung untuk menahan arus keluar lebih lanjut. Terakhir, suku bunga lebih tinggi memberi lebih banyak ruang untuk mendukung rupiah yang lebih kuat, dan kemudian berdampak pada menurunnya risiko translasi.

Di bulan April 2024, yield curve membentuk pola bearish flattening. Tenor pendek naik lebih tajam daripada yield tenor yang lebih panjang.

Pasar mengkhawatirkan lebih banyak risiko dalam jangka pendek. Karenanya, pasar mengantisipasi pengetatan moneter lebih lanjut (kenaikan suku bunga) di tengah sikap hawkish the Fed, kekakuan tingkat inflasi untuk turun, dan memburuknya tensi geopolitik. Selain itu juga risiko kenaikan harga minyak, serta volatiltas rupiah di tengah surplus dagang yang sempit.

"Peningkatan risiko tersebut terkonfirmasi dari tekanan rupiah baru-baru ini, yang mana surplus dagang yang sempit membuat rupiah rentan terhadap arus keluar modal di tengah spread suku bunga yang sempit antara pasar domestik dengan pasar AS," paparnya.

Nah, kenaikan suku bunga mengerek yield surat utang pemerintah, baik tenor pendek maupun panjang. Dicontohkan, yield 2 tahun naik 59bps dari 6,45% paska lebaran menjadi 7,02%. Sementara itu, yield 10 tahun naik 41 bps dari 6,65% menjadi 7,06%.

Kenaikan yield baru-baru ini telah meningkatkan spreadnya terhadap pasar AS. Untuk tenor 2 tahun, spreadnya melebar dari 151 bps menjadi 208bps. Sementara itu, spread tenor 10 tahun melebar dari 205bps menjadi 242bps untuk tanggal perbandingan tersebut.

"Spread yang lebar seharusnya membuat pasar lebih menarik bagi investor asing, berharap mereka akan masuk kembali ke depan," imbuh Darto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×