Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan peringkat kredit Indonesia dari BBB- menjadi BBB oleh S&P Global Ratings belum tentu memicu kenaikan nilai kepemilikan asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN) secara masif.
Pengamat pasar modal Anil Kumar menilai, investor asing tidak akan terlalu mempedulikan sentimen kenaikan peringkat utang Indonesia dari S&P. Sebab, pada dasarnya lembaga pemeringkat global tersebut hanya memberikan opini terhadap kondisi di Indonesia berdasarkan data dan fakta yang umumnya berasal dari masa lalu.
“Karena hanya berupa opini, tidak ada yang bisa menjamin seperti apa kondisi ekonomi Indonesia di masa mendatang,” ujar Anil, Kamis (13/6).
Minat investor asing pun ke depannya masih akan dipengaruhi oleh perkembangan sentimen global seperti perang dagang dan kebijakan moneter The Fed.
Di luar itu, pemicu untuk menarik minat investor asing ke pasar obligasi Indonesia tetap ada. Syaratnya adalah Bank Indonesia jangan sampai mendahului The Federal Reserves dalam urusan menurunkan suku bunga acuan.
Sebab, jika itu dilakukan, yield Surat Utang Negara (SUN) akan turun lebih cepat. Alhasil, spread antara yield SUN dengan yield US Treasury menjadi kurang menarik lantaran semakin tipis. Kondisi ini justru kurang menguntungkan di saat ketidakpastian global masih terjadi.
“Investor asing justru menginginkan spread yang menarik sebagai kompensasi atas banyaknya sentimen global di pasar,” ungkap dia.
Sekadar catatan, berdasarkan data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemkeu, investor asing melakukan penjualan bersih dari pasar SBN sebesar Rp 10,78 triliun pada bulan lalu. Dengan demikian, nilai kepemilikan asing di pasar SBN menyusut menjadi Rp 949,56 triliun di akhir Mei.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News