Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Adi Wikanto
Jakarta. PT Gudang Garam Tbk (GGRM) baru saja menaikan harga jual rokok produksinya. Sejumlah merek seperti Gudang Garam Filter malah sudah seharga Rp 16.000 per bungkus di level eceran dari sebelumnya Rp 15.000 per bungkus.
Ini kali ketiga GGRM menaikan harga jual sepanjang tahun ini. Namun, analis menilai, kenaikan harga ini akan berdampak minimal bagi Gudang Garam. "Karena total kenaikannya tidak berbeda jauh dengan Djarum," ujar analis Koneksi Kapital Alfred Nainggolan kepada KONTAN belum lama ini.
Sepanjang tahun ini, Djarum telah menaikan harga rokok sekitar 6,8%. Sementara, GGRM secara akumulasi telah menaikan harga sekitar 6,6%.
Angkanya tidak terpaut jauh."Sehingga, tidak ada switch konsumen ke produk Djarum," tambah Alfred.
Skenario berbeda justru akan terjadi jika GGRM menaikan harga jauh lebih tinggi. Risiko peralihan konsumen atau switch ke produk Djarum malah akan terjadi.
Sebab, keduanya memiliki produk untuk segmen menengah ke bawah. Segmen ini sensitif dengan kenaikan harga. Ketika harga barang konsumsinya, produk GGRM misalnya, naik signifikan, secara teori konsumen akan mengalihkan konsumsinya ke produk Djarum.
Berbeda dengan PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) yang memiliki produk rokok dengan nilai tambah atau value added yang lebih tinggi. Karena karakter produk yang seperti ini maka perseroan memiliki segmen menengah keatas.
Segmen ini cenderung lebih loyal, tidak sensitif terhadap kenaikan harga. Bahkan, dengan akumulasi kenaikan harga jual sekitar 11% sepanjang tahun ini tidak berpengaruh banyak terhadap HMSP.
Periode kuartal III lalu, market share HMSP sekitar 34,7%. Angka tersebut hanya turun 0,4% year on year. Namun jika dibanding dengan kuartal sebelumnya, market share HMSP justru naik 0,5%.
Analis Mandiri Sekuritas Adrian Joezer memiliki pandangan senada. "Kami malah menilai masih ada ruang lagi bagi GGRM untuk kembali menaikan harganya di sisa akhir tahun ini," ujarnya dalam riset.
Kenaikan harga juga dilakukan secara bertahap, sehingga konsumen bisa beradaptasi. Ia menambahkan, harga itu dapat dilihat sebagai langkah positif karena kenaikan harga terbesar justru dilakukan pada produk yang memiliki kinerja penjualan terbaik namun keuntungannya lebih sedikit, yaitu Pro Mild.
Atas dasar ini, ia masih merekomendasikan buy GGRM dengan target harga Rp 75.500 per saham. Target ini mencerminkan price earning ratio (PE) sebesar 20 kali.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News