kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kenaikan harga batubara tak akan bertahan lama


Senin, 02 Februari 2015 / 16:42 WIB
Kenaikan harga batubara tak akan bertahan lama
ILUSTRASI. Bank Sentral Rusia Kerek Suku Bunga 350 Basis Poin Jadi 12% dalam Pertemuan Darurat


Reporter: Dina Farisah, Namira Daufina | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Harga batubara masih terus menunjukkan penurunan karena bayang-bayang jatuhnya harga minyak dan tingginya index dollar Amerika Serikat. Pasokan produksi batubara yang meingkat, turut membebani harga batubara. 

Enam analis yang dihubungi Bloomberg memperkirakan, harga batubara di tahun 2015 ini bisa menyentuh level rata-rata US$ 54,54 per ton, turun 5,2% dari rata-rata harga 2014 lalu yakni US$ 57,54 per ton.

Mengutip Bloomberg, Senin (2/1) pukul 16.00, pengiriman batubara bulan Februari 2015 di ICE Futures Europe berada di level US$ 60,93 per metrik ton. Harga batubara turun 3,4% dibandingkan akhir pekan lalu. Sementara harga jatuh 1,5% dalam sepekan terakhir.

Analis PT Pefindo Guntur Tri Hariyanto mengatakan, harga batubara sempat naik tipis pada Jumat (30/1) menuju level US$ 63,10 per metrik ton lantaran adanya upaya pengurangan produksi perusahaan batubara Glencore Plc. Perusahaan itu dikatakan akan melakukan pemotongan jumlah produksi lewat penghentian produksi selama tiga minggu di 13 wilayah pertambangannya di Australia sejak Desember 2014 lalu.

Selain itu untuk tambang Glencore di Afrika Selatan juga akan dilakukan pengurangan produksi sebanyak 50% atau sebesar 10 juta metrik ton. Tidak hanya Glencore, perusahaan batubara berbasis di Swiss yakni Baar juga melakukan pemotongan produksi. Baar mengurangi produksinya sebanyak 4 juta ton.

“Tapi kenaikan ini tidak akan bertahan lama,” duga Guntur. Hal ini dibuktikan dengan penurunan harga batubara pada awal Februari. Menurut Guntur, tekanan batubara belum pudar karena produksi batubara di pasar masih berlimpah. Apalagi permintaan batubara terus tergerus.

Permintaan yang turun datang dari China. Sebagai salah satu konsumen batubara terbesar, upaya China untuk melakukan pengalihan energi yang ramah lingkungan terlihat dari turunnya permintaan China di 2014 sebesar 3,5% terhadap batubara.

“Ke depan diduga penurunan permintaan China ini akan lebih terasa,” tambah Guntur. Hal ini jika melihat selama ini pasokan listrik China 80% berasal dari batubara, pada tahun 2015 ini sudah akan berbagi dengan tenaga matahari dan angin.

Laporan Deutsche Bank bulan Desember 2014 lalu seperti dikutip Bloomberg, konsumsi batubara China akan turun 9% menjadi 195 juta ton di 2015. Tidak hanya China, permintaan Eropa pun akan merosot 1% menjadi 211 juta ton.

Hari ini pun Guntur menduga harga batubara masih akan terpeleset. “Tingginya nilai index dollar AS saat ini tidak memberikan pilihan pada batubara,” katanya. Ini membuat beberapa produsen memilih untuk terus menggenjot produksi dan ekspornya sebagai peluang memanfaatkan keadaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×