kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kenaikan cukai rokok simpang siur, saham emiten rokok memerah, Selasa (20/10)


Selasa, 20 Oktober 2020 / 15:42 WIB
Kenaikan cukai rokok simpang siur, saham emiten rokok memerah, Selasa (20/10)
ILUSTRASI. Kenaikan cukai rokok simpang siur, saham emiten rokok memerah, Selasa (20/10)


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah saham emiten rokok kompak parkir di zona merah pada perdagangan Selasa (20/10). Harga saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) melemah 5,86% ke Rp 40.550 per saham, selanjutnya harga saham PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) terkoreksi 5,67% menjadi Rp 1.415 per saham.

Selain itu, saham PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) minus 5,21% ke level Rp 364 per saham, dan harga PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) menyusut 2,10% ke Rp 700 per saham. Sedangkan harga saham PT Bentoel International Investama Tbk (RMBA) tercatat stagnan di Rp 370 per saham.

Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani mengamati, isu cukai rokok akan kembali naik pada tahun 2021 menjadi sentimen negatif untuk saham-saham emiten rokok.

Kemarin, Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menunda pengumuman kenaikan tarif cukai hasil tembakau (CHT) 2021.

Baca Juga: WHO sarankan kepada Indonesia agar menaikkan tarif cukai rokok sebesar 25% tiap tahun

Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony menambahkan, salah satu faktor melemahnya saham-saham rokok adalah perpanjangan penentuan kenaikan cukai rokok pada 2021 yang masih belum dapat dipastikan besarnya. "Pelaku pasar merespons negatif ketidakpastian tersebut," kata Chris ketika dihubungi Kontan.co.id, Selasa (20/10).

Chris bilang, ke depannya katalis negatif untuk saham-saham emiten rokok berasal dari perumusan cukai rokok dan kemungkinan adanya penundaan pembayaran cukai yang diberikan pemerintah akibat pandemi sudah mulai dihilangkan. Dengan demikian, maka emiten rokok harus kembali membayarkan cukai rokok.

Sementara itu, kata Chris, relaksasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menjadi katalis yang bisa menggerakkan saham-saham rokok. Menurutnya, PSBB akan memberikan dampak positif terhadap aktivitas di luar rumah, dimana biasanya ketika bekerja seseorang justru mengkonsumsi rokok lebih tinggi dibandingkan berada di rumah.

Dari jajaran saham-saham tersebut, Chris menilai saham HMSP dan GGRM menarik untuk dikoleksi karena kondisi perusahaan masih cenderung sehat walaupun terlihat penurunan dari pendapatannya. Selain itu, saham WIIM juga bisa dijadikan pilihan lantaran mencetak kinerja yang cukup baik di 2020.

Dus, Chris merekomendasikan buy saham HMSP di area Rp 1.300 dengan target hargaRp 1.600, kemudian buy saham GGRM di area Rp 39.000 dengan target Rp 47.000, dan buy saham WIIM area Rp 340 dengan target Rp 400.

Secara teknikal, Hendriko menuturkan, hanya RMBA yang berpotensi terjadi reversal menjadi bullish. "Namun RMBA memiliki likuiditas saham yang kecil sehingga investor diharapkan dapat menyesuaikan pembelian pada saham ini," ujar Hendriko.

Sementara itu, kata Hendriko, saham HMSP dan GGRM masih berada pada fase downtrend dan WIIM masih berada pada fase sideways. Hendriko melihat support HMSP berada pada Rp 1.390- Rp 1.400 dan support GGRM berada di Rp 39.500- Rp 39.600.

Selanjutnya: Pengumuman kenaikan tarif cukai rokok ditunda, mengapa?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×