kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.940.000   8.000   0,41%
  • USD/IDR 16.369   51,00   0,31%
  • IDX 7.931   25,36   0,32%
  • KOMPAS100 1.106   -3,12   -0,28%
  • LQ45 813   -4,93   -0,60%
  • ISSI 267   0,91   0,34%
  • IDX30 421   -3,15   -0,74%
  • IDXHIDIV20 488   -3,34   -0,68%
  • IDX80 123   -0,76   -0,62%
  • IDXV30 132   -0,92   -0,69%
  • IDXQ30 136   -1,30   -0,95%

Kekhawatiran Konflik Dagang AS – India, Begini Dampaknya ke Harga Minyak


Rabu, 27 Agustus 2025 / 11:58 WIB
Kekhawatiran Konflik Dagang AS – India, Begini Dampaknya ke Harga Minyak
ILUSTRASI. Harga minyak mentah khususnya WTI bergerak stabil dengan kecenderungan menguat ke US$ 63,3 per barel pada tengah hari ini (28/8/2025)


Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kekhawatiran konflik dagang Amerika Serikat (AS) – India berpotensi membebani harga minyak mentah acuan seperti West Texas Intermediate (WTI). 

Mengutip Trading Economics Rabu (27/8) pukul 11.25 WIB, harga minyak mentah WTI naik 0,08% secara harian ke US$ 63,30 per barel. Namun jika dilihat secara bulanan, harga minyak mentah terkoreksi 5% dan secara year to date (ytd) harga minyak mentah terkoreksi 11,64%. 

Girta Putra Yoga, Research and Development ICDX mengatakan, sinyal konflik dagang baru antara AS dengan India menguat pasca Presiden AS Donald Trump mengumumkan akan mengenakan tarif tambahan sebesar 25% terhadap produk India pada pukul 12:01 EDT (04.01 GMT) pada hari Rabu (27/8/2025). Sehingga total tarif menjadi 50%.

Tarif ini merupakan salah satu yang tertinggi yang pernah dikenakan oleh Washington. Keputusan tarif tersebut menyusul lima putaran perundingan yang gagal mencapai kesepakatan. 

Baca Juga: Harga Minyak Stabil Jelang Tengah Hari Ini (27/8), Brent ke US$ 67,3 dan WTI US$ 63

“Tren bearish harga minyak masih berlanjut pagi ini dipicu oleh kekhawatiran akan penurunan permintaan India selaku konsumen minyak mentah terbesar ketiga dunia akibat perang tarif baru dengan AS,” ujar Yoga kepada Kontan, Rabu (27/8/2025) 

Yoga menambahkan, sentimen berikutnya adalah Rusia yang merevisi rencana ekspor minyak mentahnya dari pelabuhan-pelabuhan barat yang naik sebesar 200.000 barel per hari (bph) pada bulan Agustus dari jadwal awal.

Ini setelah serangan pesawat nirawak Ukraina mengganggu operasi kilang dan membebaskan lebih banyak minyak mentah untuk pengiriman. 

Meski demikian para penjual minyak Rusia belum menerima rencana pemuatan akhir untuk bulan September karena masih berlangsungnya serangan Ukraina dan tenggat waktu perbaikan kilang yang berubah setiap hari.

Baca Juga: Goldman Sachs Proyeksi Harga Minyak Brent Turun ke US$ 50-an per Barel di Akhir 2026

Sementara itu, dalam laporan mingguan terbaru yang dirilis oleh grup industri American Petroleum Institute (API) untuk pekan yang berakhir 22 Agustus menunjukkan stok minyak mentah turun sebesar 974.000 barel. Untuk stok bensin juga turun sebesar 2,06 juta barel. 

Laporan API tersebut mengindikasikan permintaan yang kuat di pasar energi AS. Meski demikian, pelaku masih menantikan laporan resmi versi pemerintah yang akan dirilis pada Rabu malam oleh EIA.

Sentimen berikutnya datang dari negosiator perdagangan senior China, Li Chenggang yang diperkirakan akan pergi ke Washington minggu ini untuk bertemu dengan pejabat AS. Hal tersebut dalam upaya mencapai kesepakatan di luar gencatan senjata tarif mereka saat ini.

Rencana pertemuan tersebut memicu harapan akan membuka jalan menuju negosiasi lebih lanjut yang meredakan ketegangan di antara dua raksasa ekonomi global itu

“Harga minyak berpotensi menemui posisi resistance terdekat di level US$ 66 per barel. Namun, apabila menemui katalis negatif maka harga berpotensi turun ke support terdekat di level US$ 61 per barel,” terang Yoga. 

Baca Juga: Harga Minyak Mentah Anjlok 2%, Fokus pada Tarif dan Pasokan Rusia

Pengamat Komoditas dan Founder Traderindo, Wahyu Laksono juga menyoroti pemberlakukan tarif tambahan sebesar 25% pada impor dari India.

Alasan utama dari tarif tambahan ini adalah pembelian minyak mentah Rusia oleh India. Presiden Trump menyatakan bahwa pembelian minyak Rusia oleh India secara langsung atau tidak langsung "mendanai mesin perang Rusia" dan mengancam keamanan nasional AS.

“Dengan tarif tambahan ini, total tarif yang dikenakan AS pada sebagian besar impor India akan mencapai 50%,” ujar Wahyu. 

Hal tersebut menempatkan India pada posisi yang sangat tidak menguntungkan dibandingkan dengan mitra dagang AS lainnya seperti Myanmar (40%), Thailand dan Kamboja (36%), Bangladesh (35%), Indonesia (32%), Tiongkok dan Sri Lanka (30%), Malaysia (25%), Filipina dan Vietnam (20%). Tarif tambahan 25% ini akan mulai berlaku 21 hari setelah penandatanganan perintah eksekutif, yaitu pada 27 Agustus 2025.  

Hingga akhir tahun 2025, Wahyu memproyeksikan harga minyak WTI bisa berkisar US$ 70 – US$ 75 per barel jika ada tanda – tanda pemulihan ekonomi global atau pemotongan produksi oleh OPEC+.

Selanjutnya: Dukung Operasional Proyek Tangguh, Baker Hughes Kembali Menggandeng BP

Menarik Dibaca: Cari Film Nirina Zubir? Tonton 6 Rekomendasi Film Terbaiknya di Sini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004

[X]
×