CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.466.000   -11.000   -0,74%
  • USD/IDR 15.880   0,00   0,00%
  • IDX 7.215   -94,11   -1,29%
  • KOMPAS100 1.103   -14,64   -1,31%
  • LQ45 876   -10,76   -1,21%
  • ISSI 218   -3,03   -1,37%
  • IDX30 448   -5,87   -1,29%
  • IDXHIDIV20 540   -6,91   -1,26%
  • IDX80 126   -1,77   -1,38%
  • IDXV30 135   -1,94   -1,41%
  • IDXQ30 149   -1,85   -1,22%

Kehadiran Wuling tak goyahkan pasar ASII


Jumat, 14 Juli 2017 / 12:51 WIB
Kehadiran Wuling tak goyahkan pasar ASII


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Wahyu T.Rahmawati

JAKARTA. Sektor otomotif nasional kedatangan pesaing baru. SAIC GM-Wuling Automobile Company Limited mulai memproduksi mobil di Indonesia.

Wuling akan memproduksi mobil jenis multi purpose vehicle (MPV) mulai Agustus nanti. Produksi berada di bawah naungan PT SGMW Motor Indonesia (Wuling Motors) melalui pabriknya di Cikarang, Jawa Barat.

Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang menilai, masih terlalu dini mengukur kekuatan Wuling. Tapi di sisi lain, tak mudah mengubah peta persaingan industri otomotif di Indonesia.

"Ini butuh waktu hingga puluhan tahun," ungkap Edwin kepada KONTAN, Kamis (13/7). Jadi, bisa dibilang, posisi PT Astra International Tbk (ASII) yang masih menjadi pemimpin industri otomotif, yang menguasai 56% pangsa pasar masih aman.

Mungkin, bakal ada sedikit gangguan. Tapi bukan berarti ancaman. Sebab, konsumen ketika membeli mobil tidak hanya sekadar membeli.

Jangan lupa, pertimbangan penting saat membeli mobil adalah pasar sekunder (secondary market). Konsumen juga menilik jangkauan dan layanan servis serta ketersediaan suku cadang. Lihat saja jumlah diler resmi Toyota, Auto2000 yang mencapai 108 diler. Tahun ini, manajemen akan menambah 115 diler baru.

Sedangkan Wuling masih berencana menambah 50 diler baru tahun ini secara bertahap.

Menurut Edwin, dengan layanan yang luas dan ketersediaan suku cadang berlimpah, mobil yang didistribusikan ASII masih cukup banyak diminati.

Sebab, dengan kelebihan itu, harga mobil di secondary market tidak jatuh terlalu dalam. Kondisi ini yang membuat mobil pabrikan Jepang, terutama yang didistribusikan ASII, masih memiliki konsumen besar, bahkan cenderung loyal. "Coba lihat mobil pabrikan lain seperti dari Korea," tambah Edwin. Harga di secondary market-nya tidak sebagus harga mobil pabrikan Jepang. Akibatnya, pabrikan non-Jepang sulit mengejar jumlah penjualan.

ASII juga memiliki portofolio bisnis beragam. Ini membuat kinerja keuangan ASII tetap stabil. Sebab, portofolio bisnis yang banyak itu saling mengkompensasi ketika segmen lain tertekan.

Dari segmen usaha perbankan misalnya. Stevanus Juanda, analis UOB Kay Hian memprediksi kinerja Bank Permata (BNLI) tahun ini jauh lebih baik. Segmen bisnis alat berat ASII melalui United Tractor (UNTR) juga berprospek cerah.

Stevanus merekomendasikan buy ASII dengan target Rp 9.600 per saham. Edwin juga merekomendasikan buy dengan target Rp 9.550. Harga ASII kemarin di posisi Rp 8.725 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×