Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga gas alam dunia cenderung bergerak stabil di tiga kuartal pertama tahun 2018. Lonjakan harga gas alam baru terjadi ketika memasuki kuartal IV-2018 walaupun akhirnya kembali turun di penghujung tahun. Kendati begitu, peluang kenaikan harga komoditas ini tetap terbuka di tahun 2019.
Harga gas alam di New York Mercantile Exchange untuk kontrak pengiriman Februari 2019 tercatat turun 0,33% (ytd) ke level US$ 2,94 per MMBtu pada Senin (31/12).
Direktur Garuda Berjangka, Ibrahim mengatakan, sejatinya harga gas alam sempat mengalami tren kenaikan secara tajam ketika memasuki kuartal IV lalu. Kenaikan tersebut terjadi seiring mulai datangnya musim dingin, sehingga permintaan gas alam dari negara-negara empat musim meningkat.
Ditambah lagi, isu perang dagang antara Amerika Serikat dan China mulai berkurang setelah kedua negara sepakat untuk gencatan senjata sampai awal tahun 2019. Alhasil, permintaan gas alam dari negara yang terlibat perang dagang, baik secara langsung maupun tidak langsung, kembali meningkat.
AS menjadi salah satu negara dengan konsumsi gas alam terbesar di dunia. Hal ini didukung oleh fakta bahwa sejak pertengahan November hingga akhir Desember lalu, persediaan gas alam AS terus berkurang.
Bahkan, menurut data Energy Information Administration (EIA), cadangan gas alam AS pernah berkurang hingga 141 miliar kaki kubik pada pekan ketiga di bulan Desember lalu. Angka tersebut merupakan yang terbesar sejak pertengahan Februari 2018. “Kebutuhan gas untuk rumah tangga AS cukup tinggi memasuki musim dingin,” ujar Ibrahim, Jumat (28/12).
Kenaikan harga gas alam semakin tak terelakkan setelah para analis menyatakan bahwa musim dingin di tahun 2018 lebih ekstrim ketimbang tahun sebelumnya. Ini yang membuat harga gas alam sempat mendekati level US$ 5 per MMBtu pada bulan November lalu.
Namun, kenaikan tajam yang dialami gas alam membuat komoditas ini rentan dimanfaatkan oleh para spekulan. Tak ayal, harga gas alam akhirnya kembali turun jelang pergantian tahun.
Walau demikian, Ibrahim yakin harga gas alam masih bisa menanjak pada tahun 2019 seiring masih berlanjutnya musim dingin. Bahkan, ia memperkirakan harga gas alam berpeluang kembali ke level US$ 3,5 per MMBtu di kuartal I-2019. Selepas kuartal pertama, barulah harga gas alam kembali stabil di bawah level US$ 3 per MMBtu.
“Kebutuhan gas alam tergolong tinggi sebagai subtitusi batubara,” katanya.
Ibrahim memproyeksikan harga gas alam dunia akan begerak di rentang US$ 2,80—US$ 3,50 per MMBtu sepanjang 2019 berjalan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News