Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Batubara masih tetap menjadi pilihan utama sumber pembangkit listrik dunia di samping minyak. Kenaikan permintaan terutama menjelang musim dingin semakin mendukung laju harga.
Mengutip Bloomberg, Jumat (7/10) harga batubara kontrak pengiriman November 2016 di ICE Futures Exchange tergerus 1% ke level US$ 82,2 per metrik ton dibanding sehari sebelumnya. Namun dalam sepekan terakhir, batubara menanjak 7,1%.
Analis PT Central Capital Futures, Wahyu Tri Wibowo menjelaskan, China menjadi faktor utama yang menggerakkan harga batubara. Kebijakan China untuk melakukan kontrol harga, pemangkasan produksi hingga penutupan tambang batubara membawa efek positif pada harga.
Output batubara China turun lebih dari 10% dalam delapan bulan pertama tahun ini sehingga menyebabkan impor naik ke level tertinggi sejak 2014. Penyesuaian kebijakan China belum cukup untuk menyeimbangkan pasar dalam beberapa bulan ke depan lantaran tingginya permintaan di musim dingin.
"Pastinya akan ada titik keseimbangan di mana pada akhirnya angka pasokan dan permintaan menjadi penentu harga. Tetapi sementara ini harga batubara sepertinya masih akan naik didukung faktor cuaca dingin akhir tahun," imbuh Wahyu.
Di samping China, supply batubara Indonesia juga berkurang di tengah kebutuhan dalam negeri yang kian besar. Berdasarkan BP Statistical Review of World Energy 2016, produksi batubara Indonesia tahun lalu turun 14% menjadi 241,1 juta ton dibanding tahun sebelumnya.
Batubara akan tetap menjadi pasokan utama pembangkit listrik di dalam negeri. Hal tersebut pada akhirnya akan meningkatkan konsumsi batubara domestik.
China yang menjadi pasar utama batubara Indonesia telah menutup sebagian tambang dalam negeri sehingga membuat impor naik. Sedangkan musim hujan berkepanjangan membuat stok batubara terbatas baik dari Indonesia maupun Australia.
Permintaan batubara bahkan telah meningkat di Eropa karena ketersediaan tenaga nuklir yang lebih rendah di Prancis dan Belgia, kekuatan angin yang lemah serta datangnya musim dingin akhir tahun.
"Selain faktor cuaca atau permintaan musiman, secara fundamental tren kenaikan harga batubara memang masih rasional untuk berlanjut," kata Wahyu.
Hambatan dari pro green energy masih menjadi tantangan bagi batubara. Komoditas ini memang menimbulkan polusi sehingga negara - negara maju seperti AS dan Eropa berusaha mengurangi penggunaannya.
Tetapi menurut International Energy Agency (IEA), batubara masih menjadi bahan bakar utama kedua di dunia setelah minyak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News