Reporter: Dupla Kartini, Bloomberg | Editor: Dupla Kartini
SHANGHAI. Mata uang Asia tertekan, setelah Federal Reserves memberi sinyal tidak adanya penambahan stimulus moneter dalam waktu dekat. Sedianya, langkah pelonggaran moneter diharapkan bisa menambah lebih banyak uang untuk berinvestasi di aset emerging market yang berimbal hasil lebih tinggi.
The Bloomberg JPMorgan Asia Dollar Index terpangkas 0,2%. Yuan menuju pelemahan tiga hari yang terbesar sejak Oktober, setelah melemah 0,2% menjadi 6,3396 per dollar AS pada pukul 10.02 di Shanghai. Sementara, rupiah tergerus 0,3% ke 9.196, lalu won melemah 0,3% menjadi 1.125,32 per dollar AS. Ringgit tertekan 0,2% menjadi 3,0415 per dollar AS, sedangkan baht melemah 0,2% ke level 30,69.
Kemarin, The Fed justru menaikkan penilaian ekonomi AS, setelah pemerintah merilis data penjualan ritel sepanjang Februari yang naik paling tajam dalam lima bulan terakhir. "Tingkat pengangguran telah turun terutama dalam beberapa bulan terakhir, meskipun masih tetap tinggi," kata the Fed dalam sebuah pernyataan setelah pertemuan di Washington.
Alhasil, Dollar Index yang diperdagangkan di ICE Futures di New York, naik ke posisi tertinggi tujuh pekan, kemarin.
Kozo Hasegawa, trader di Sumitomo Mitsui Banking Corp. menilai, dollar AS tertopang karena surutnya ekspektasi pelonggaran kuantitatif lebih lanjut. Di sisi lain, data dari AS dan prospek ekonomi yang lebih baik mengindikasikan tren arus dana masuk ke Asia akan tetap bertahan.
"Namun, lantaran terjepit di antara faktor-faktor tersebut, maka mata uang mungkin akan tetap bergerak dalam kisaran yang ketat," prediksi Hasegawa, di Bangkok.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News