Reporter: Rashif Usman | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah memastikan kebijakan penyesuaian tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) akan berlaku dengan kenaikan dari 11% menjadi 12% pada tahun 2025 sesuai Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP)
Nah, kenaikan PPN dari 11% menjadi 12% yang akan berlaku pada tahun depan tentu membawa tantangan besar bagi emiten konsumer di Indonesia.
Founder Stocknow.id Hendra Wardana memperkirakan kebijakan ini akan meningkatkan harga barang dan jasa, yang pada akhirnya dapat menekan daya beli masyarakat.
Menurutnya, dalam kondisi ekonomi yang masih menghadapi tantangan, seperti daya beli yang belum sepenuhnya pulih dan tingkat pengangguran yang masih tinggi, kenaikan PPN ini dapat memberikan tekanan tambahan bagi emiten di sektor konsumer.
Baca Juga: Prospek Emiten Konsumer Tersandera Kenaikan PPN
Hendra menjelaskan emiten yang bergerak di segmen kebutuhan sehari-hari, seperti makanan dan minuman, akan menjadi yang paling terdampak.
Emiten seperti PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) dan PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ), yang produknya banyak dikonsumsi oleh masyarakat luas, perlu menghadapi tantangan berupa kenaikan harga yang berpotensi menurunkan volume penjualan.
Selain itu, emiten ritel seperti ACE Hardware Indonesia Tbk (ACES) juga mungkin menghadapi penurunan permintaan untuk barang-barang non-esensial jika konsumen mulai lebih selektif dalam pengeluaran.
"Untuk mengurangi dampak kenaikan PPN, emiten konsumer dapat mengambil beberapa langkah. Salah satunya adalah efisiensi operasional untuk menekan biaya produksi tanpa mengorbankan kualitas produk," kata Hendra kepada Kontan, Minggu
Emiten seperti ULTJ, misalnya, terus bermitra dengan peternak lokal untuk memastikan pasokan susu segar yang stabil dengan biaya yang kompetitif.
Sementara itu, JPFA mendukung program pemerintah seperti Makan Bergizi Gratis untuk memperluas penetrasi pasar dan menjaga loyalitas konsumen.
"Emiten juga dapat memanfaatkan teknologi dan inovasi produk untuk menarik minat pasar tanpa harus menaikkan harga secara signifikan," ucap Hendra.
Hendra mengungkapkan investor perlu mencermati kinerja emiten konsumer dalam menghadapi tantangan ini. Emiten yang memiliki basis konsumen loyal atau dapat beradaptasi dengan inovasi baru lebih berpeluang untuk tetap tumbuh meskipun terjadi kenaikan PPN. Selain itu, laporan keuangan dan strategi bisnis harus menjadi fokus utama dalam mengevaluasi prospek saham emiten konsumer.
Baca Juga: Pak Prabowo, Kebijakan PPN 12% Bakal Bawa Dampak Negatif ke Emiten Konsumer
Hendra merekomendasikan untuk mencermati pergerakan saham emiten konsumer, antara lain:
1. PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA)
Analisis: Meski sektor perunggasan menghadapi tantangan dari biaya pakan yang tinggi, JPFA mendukung program pemerintah yang berpotensi memperluas pasar.
Rekomendasi: Buy on weakness di harga Rp 1.640 per saham dan target harga pada Rp 1.875 per saham.
2. PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ)
Analisis: Ketergantungan pada susu lokal membuat ULTJ lebih tangguh terhadap fluktuasi harga impor.
Rekomendasi: Buy on weakness di harga Rp 1.635 per saham, dengan target harga Rp 1.800 per saham.
3. PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES)
Analisis: Meskipun daya beli masyarakat masih lemah, ACES memiliki segmen konsumen yang loyal dan cenderung tetap membeli barang-barang khusus.
Rekomendasi: Buy on weakness di harga Rp 750 per saham, dengan target harga Rp 900 per saham.
Hendra menilai kenaikan PPN tentu menjadi tantangan, namun ini juga membuka peluang bagi emiten yang mampu beradaptasi dengan kebijakan baru dan tetap relevan bagi konsumen. Bagi investor, peluang ini dapat menjadi momentum untuk masuk ke saham-saham konsumer yang memiliki prospek jangka panjang menarik.
Sementara itu, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menyarankan agar emiten konsumer mampu memitigasi kebijakan kenaikan PPN ini melalui inovasi produk. Hal ini dilakukan juga demi menjaga margin keuntungan.
Baca Juga: Porsi Asing di Saham Big Caps Menyusut, Simak Rekomendasi Analis
"Kalau hemat saya lebih cenderung ke inovasi produk, karena tujuannya agar bisa diapresiasi oleh pelaku pasar di mana produk tersebut terserap dengan baik di market," jelas Nafan kepada Kontan, Minggu (17/11).
Nafan juga bilang investor tentunya akan cenderung mencermati terkait dengan prospek kinerja laporan keuangan emiten. "Mudah-mudahan saja kalau kinerja top line tidak berubah atau cenderung progresif tentunya kinerja laba bersih tetap terjaga," tutupnya.
Nafan merekomendasikan untuk accumulative buy saham ACES dengan target harga di level Rp 1.040 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News