kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.090.000   -8.000   -0,38%
  • USD/IDR 16.630   72,00   0,43%
  • IDX 8.051   42,68   0,53%
  • KOMPAS100 1.123   6,98   0,62%
  • LQ45 810   0,68   0,08%
  • ISSI 279   2,38   0,86%
  • IDX30 423   1,81   0,43%
  • IDXHIDIV20 485   2,83   0,59%
  • IDX80 123   0,38   0,31%
  • IDXV30 132   0,38   0,29%
  • IDXQ30 135   0,57   0,43%

Kebijakan Domestik Bikin Rupiah Terus Melemah, Ini Kata Analis


Jumat, 19 September 2025 / 14:41 WIB
Kebijakan Domestik Bikin Rupiah Terus Melemah, Ini Kata Analis
ILUSTRASI. Proyeksi pergerakan rupiah usai terus melemah menekati level Rp 16.600 per dolar AS dan BI serta The Fed pangkas suku bunga


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah tercatat masih melemah usai Bank Indonesia (BI) dan The Fed menurunkan suku bunga acuan.

Sekedar mengingatkan, BI menurunkan suku bunga acuan (BI-Rate) sebesar 25 basis points (bps) menjadi 4,75% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung pada 16-17 September 2025.

Sementara, Bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga 25 basis poin menjadi 4%-4,25% pada Rabu (17/9/2025). 

The Fed juga melemparkan sinyal akan terus menurunkan bunga pinjaman untuk sisa tahun ini, karena para pembuat kebijakan menanggapi kekhawatiran tentang pelemahan di pasar tenaga kerja AS. 

Sayangnya, penurunan suku bunga ini justru diiringi dengan penurunan rupiah. Nilai tukar rupiah di pasar spot masih tertekan hingga perdagangan tengah hari ini. Jumat (19/9/2025), rupiah di berada di level Rp 16.572 per dolar Amerika Serikat (AS). 

Ini membuat rupiah melemah 0,27% dibanding penutupan hari sebelumnya yang berada di Rp 16.527 per dolar AS.

Baca Juga: Rupiah Masih Melemah ke Rp 16.572 Per Dolar AS di Tengah Hari Ini (19/9)  

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, outflow asing masing keluar dari pasar domestik, terutama dari investor obligasi dalam dua hari terakhir.

Dalam satu-dua bulan ke depan, rupiah akan bergerak di level Rp 16.500 - Rp 16.700 per dolar AS. “Surplus dagang ke depan diproyeksikan tidak setinggi bulan-bulan sebelumnya,” katanya kepada Kontan, Jumat (19/9).

Pengamat Pasar Modal Irwan Ariston melihat, fluktuasi rupiah yang terjadi masih sejalan dengan mata uang utama dunia lainnya. “Fluktuasi ini masih akan terjadi dalam waktu-waktu mendatang baik melemah maupun menguat,” katanya kepada Kontan, Jumat. 

Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin mengatakan, pemangkasan suku bunga menurunkan imbal hasil aset rupiah. Sehingga, mengurangi daya tarik carry bagi investor asing  tekanan jual rupiah.

Perlu diketahui juga, penguatan dolar pasca keputusan rate Fed dan testimoni Ketua The Fed Jerome Powell. Namun pasar menilai sikap Powell yang cenderung "sedikit hawkish". Sebab, Powell pertimbangkan data yang belum sepenuhnya mengisyaratkan suku bunga secara berkelanjutan di pangkas, karena laju inflasi yang masih moderat, dilihat dari inflasi konsumen. 

“Dolar yang menguat terhadap rivalitas utama berdampak juga pada mata uang Asia, seperti rupiah,” ujarnya kepada Kontan.

Baca Juga: Rupiah Dibuka Melemah ke Rp 16.573 Per Dolar AS Hari Ini, Mayoritas Asia Turun

Kekhawatiran pasar atas ketidakpastian politik pejabat lantaran berita-buruk sebelumnya bulan ini, seperti reshuffle kabinet pemerintahan Presiden Prabowo dan dinamika aliran modal, membuat rupiah lebih rentan setelah kebijakan moneter dovish.

Menurut Nanang, Bank Indonesia memang masih punya cadangan, tapi pasar bereaksi cepat terhadap berita.

“Jika pasar memperkirakan BI akan lanjut memangkas atau ada risiko domestik, yield riil Indonesia bisa turun lebih cepat atau lebih jauh, sehingga menarik modal keluar, meski Fed juga menurunkan suku bunga,” ungkapnya.

Prospek Akhir Tahun

Ariston melihat, pergerakan rupiah di sisa tahun 2025, masih sangat tergantung dari respon pasar terhadap kebijakan pemerintah khususnya kebijakan dari menteri keuangan. 

Bila pasar merespon positif dan sektor riil bergerak, maka ada harapan rupiah mungkin akan menguat sedikit ke level sekitar Rp 15.800 - Rp 16.000 per dolar AS hingga akhir tahun 2025.

Namun, tanpa ada hal positif ataupun negatif yang sifatnya signifikan, maka tentang rupiah akan berkisar antara Rp 16.100 - Rp 16.900 per dolar AS. 

Sehingga, kestabilan politik dan keamanan dalam negeri perlu dijaga dengan baik agar terhindar dari dampak negatif.  

“Di sisi lain, masih dibutuhkan kebijakan yang bisa berdampak langsung ke sektor riil ekonomi agar mampu membangkitkan kembali sektor riil, sehingga bisa mengurangi tingkat pengangguran,” ungkapnya.

Baca Juga: Begini Proyeksi Pergerakan Rupiah untuk Perdagangan Hari Ini (19/9)

Nanang memandang, pemangkasan Fed Rate bisa mendorong aliran modal kembali ke aset berisiko Emerging Market (EM) secara umum. Namun, bila pasar menilai kebijakan BI masih dovish serta ada risiko politik atau fiskal domestik, investor asing bisa menilai risiko Indonesia meningkat, sehingga memicu net foreign outflow.

“Pengumuman kebijakan sering memicu profit-taking, rebalancing portofolio, volatilitas, awalnya rupiah melemah, lalu bisa menguat jika aliran modal kembali,” katanya.

Nanang melihat, potensi dan peluang rupiah di akhir tahun ini bisa melemah pada rentang harga Rp 16.900 - Rp 17.200 per dolar AS. Sentimennya dipicu kebijakan dovish BI yang agresif, kondisi politik domestik, serta keluarnya dana asing. 

Jika skenarionya adalah kebijakan penahanan suku bunga BI tapi The Fed tidak, rupiah bisa menguat pada Rp 16.100 - Rp 16.400 per dolar AS di akhir tahun nanti.

“Sementara, jika ada optimisme penguatan dengan dukungan stabilnya inflow asing lantaran The Fed masih bersikap dovish, maka rupiah berpotensi menguat pada rentang harga Rp 15.700 - Rp 16.100 per dolar AS,” tuturnya.

Selanjutnya: 8 Rekomendasi Makanan yang Menetralkan Asam Lambung dengan Cepat

Menarik Dibaca: 8 Rekomendasi Makanan yang Menetralkan Asam Lambung dengan Cepat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Business Contract Drafting GenAI Use Cases and Technology Investment | Real-World Applications in Healthcare, FMCG, Retail, and Finance

[X]
×