kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Katalis positif emiten terkait mobil listrik tertekan pandemi Covid-19


Selasa, 24 Agustus 2021 / 19:27 WIB
Katalis positif emiten terkait mobil listrik tertekan pandemi Covid-19
ILUSTRASI. atalis mobil listrik sebenarnya sudah membawa beberapa emiten terkait mengalami kenaikan harga.


Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar mobil listrik lokal semakin ramai. Sejumlah perusahaan otomotif meluncurkan mobil listrik hingga tahun depan. 

Analis Phillip Sekuritas Indonesia Dustin Dana Pramitha mencermati, katalis positif dari mobil listrik cenderung berpengaruh pada harga komoditas bahan baku yang dibutuhkannya. Sehingga dampaknya akan lebih terasa pada pergerakan harga saham-saham pertambangan seperti PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), dan PT Timah Tbk (TINS). 

Sementara untuk PT Astra International Tbk (ASII), sentimen positif mobil listrik cenderung berdampak minim. Sebab, emiten itu tidak berkaitan secara langsung dengan kebutuhan produksi baterai listrik. 

"Untuk saat ini penjualan mobil listrik dan jumlah yang ada di Indonesia masih sangat terbatas," jelas Dustin kepada Kontan.co.id, Selasa (24/8).

Baca Juga: Produksi batubara meningkat, perusahaan kapal tongkang ketiban berkah

Katalis mobil listrik sebenarnya sudah membawa beberapa emiten terkait mengalami kenaikan harga, khususnya di kuartal keempat tahun lalu. Dustin mengamati, kenaikan harga saham saat itu terjadi sering dengan commodity booming yang dipicu proyeksi dan optimisme pertumbuhan positif ekonomi global di tahun 2021.

Akan tetapi, perubahan kondisi pandemi yang terjadi tahun ini mengganggu pandangan optimis tersebut. Hal tersebut akhirnya mempengaruhi pergerakan emiten pertambangan dan mengikis return yang sebelumnya terjadi.

"Seperti yang kita ketahui harga komoditas dunia sangat bergantung kepada kondisi ekonomi global," imbuh Dustin. 

Baca Juga: Ada sentimen tapering, begini rekomendasi saham emiten penambang emas

Di antara saham-saham yang menurutnya terpengaruh dengan katalis positif mobil listrik, hanya pergerakan saham ANTM yang mengalami pertumbuhan sejak awal tahun atau year to date (ytd). Tercatat, ANTM terkerek 17,31% ytd menjadi Rp 2.270 per saham. Menurut Dustin, terkereknya saham ANTM tertopang kenaikan harga nikel dunia akibat outlook permintaan yang positif untuk kebutuhan baterai mobil listrik. 

Adapun untuk INCO dan TINS, pergerakan harga sahamnya cenderung melorot masing-masing 2,55% ytd dan 2,02% ytd menjadi Rp 4.970 per saham dan Rp 1.455 per saham. 

Terhadap ketiga saham itu, Dustin menyarankan investor untuk buy on weakness dan memanfaatkan technical rebound yang terjadi untuk trading jangka pendek.

Baca Juga: Kemenperin: Ekspor industri pengolahan meningkat 31,36% yoy

Sementara itu, Analis PT Sucor Sekuritas Hendriko Gani berpendapat, katalis positif mobil listrik terhadap saham-saham yang berkaitan sebenarnya masih ada. Hanya saja ceruk pasar mobil listrik di Indonesia masih sangat khusus atau spesifik.

"Karena masih minimnya infrastruktur yang mendukung seperti charging station," jelasnya kepada Kontan.co.id, Senin (23/8). Selain itu, harga dari mobil listrik juga masih tinggi untuk mayoritas warga Indonesia. Ia berpendapat, saham-saham yang berpotensi terpengaruh katalis mobil listrik seperti PT Astra International Tbk (ASII), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), dan PT Timah Tbk (TINS). 

Lebih lanjut Hendriko berpendapat, turn around menjadi salah satu faktor yang mengerek harga saham ANTM. Asal tahu saja, sepanjang semester I 2021 ANTM mampu membalikkan kondisi menjadi mengantongi laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk hingga Rp 630,37 miliar. Padahal pada periode yang sama tahun sebelumnya ANTM menanggung rugi hingga Rp 281,83 miliar. 

Baca Juga: Pendapatan naik di semester I 2021, berikut rekomendasi saham Vale Indonesia (INCO)

Di sisi lain, kenaikan harga saham ANTM juga tertopang katalis nikel dan mobil listrik di awal tahun. Ia pun masih merekomendasikan sahamnya dengan target harga Rp 3.900 per saham. 

Untuk saham ASII yang melorot 15,77% ytd menjadi Rp 5.075 per saham, Hendriko memproyeksi sahamnya akan mencatatkan perbaikan. Ini seiring dengan harga komoditas yang tinggi dan  penjualan alat berat dari UNTR. Selain itu, kinerja ASII juga ditopang oleh peningkatan  penjualan otomotifnya. Ia pun masih merekomendasikan ASII dengan target harga Rp 6.600 per saham. 

Sementara itu, untuk saham INCO masih disarankan dengan target harga Rp 7.820 per saham. Adapun untuk TINS masih belum masuk pilihan Sucor Sekuritas. 

Baca Juga: Ambisi Indonesia di Investasi Mobil Listrik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×