kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.915.000   -19.000   -0,98%
  • USD/IDR 16.341   27,00   0,17%
  • IDX 7.544   12,60   0,17%
  • KOMPAS100 1.047   -4,04   -0,38%
  • LQ45 795   -5,29   -0,66%
  • ISSI 252   0,56   0,22%
  • IDX30 411   -3,03   -0,73%
  • IDXHIDIV20 472   -7,09   -1,48%
  • IDX80 118   -0,54   -0,46%
  • IDXV30 121   -0,69   -0,57%
  • IDXQ30 131   -1,32   -1,00%

Kata analis perihal divestasi saham Freeport


Senin, 25 Januari 2016 / 06:51 WIB
Kata analis perihal divestasi saham Freeport


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. PT Freeport Indonesia telah menawarkan 10,64% sahamnya kepada pemerintah dengan nilai US$ 1,7 miliar. Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Tito Sulistio menginginkan mekanisme pembelian saham tersebut melalui skema initial public offering (IPO) sehingga meningkatkan nilai transaksi di bursa.

Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri mengatakan bahwa efek dari IPO Freeport tidak akan besar meningkatkan transaksi di Bursa. Pasalnya, saat ini harga komoditas sedang jeblok ditambah dengan izin pertambangan Freeport yang akan berakhir pada 2021 dan nasibnya belum jelas.

"Freeport itu enggak akan besar dampaknya ke bursa kalau IPO sekarang, karena komoditas saat ini engga bagus. Freeport International juga terkoreksi sangat besar kan sekarang, rasanya peminta tambang itu sedikit, karena orang hati-hati," ujarnya kepada KONTAN, Minggu (24/1).

Ia melihat pemerintah akan jauh lebih untung bila memutus kontrak dengan Freeport dan memaksimalkan peran perusahaan BUMN tambang untuk mengelola pertambangan Freeport. Karena secara jangka panjang saham Freeport tidak akan menarik, karena pengaruh harga komoditas yang jeblok.

"Rasa-rasanya harga yang ditawarkan tidak worth it, lebih baik pemerintah mempertimbangkan untuk memutus kontrak Freeport dan mengelola pertambangan itu sendiri," lanjutnya.

Senada dengan Hans, Lucky Bayu Purnomo, Analis LBP Enteprise mengatakan bahwa imbas dari IPO Freeport hanya menarik secara jangka pendek. Hal ini mengingat belum jelasnya status izin operasi Freeport dan perlambatan ekonomi Tiongkok yang membuat harga komoditas ke depan belum akan membaik.

"Imbas IPO Freeport saya kira hanya baik untuk jangka pendek, tapi kurang baik untuk jangka panjang. Jangka pendek menarik, tapi kita tidak tau jangan-jangan nanti mungkin ada peluang diperpanjang operasinya. Orang akan berpikir setelah 2021 itu siapa yang kelola," ujarnya.

Yang jelas, kalau pemerintah tidak jadi membeli saham Freeport dan memilih untuk memutus kontrak, juga tidak lantas baik. Pasalnya dengan rentang tahun tersisa yakni empat tahun, kejelasan tidak akan diperpanjangnya kontrak akan membuat Freeport mengeruk sebanyak-banyaknya emas di Papua.

"Kalau engga diperpanjang kontraknya, Freeport punya waktu empat tahun untuk menambang emas sebanyak-banyaknya. Deposit emas setelah 2021 bakal sedikit sekali, tapi kalau harga saham yang ditawarkan mereka juga masih kemahalan," lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×