Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah mengumumkan adanya satu kasus positif Covid-19 varian Omicron serta lima kasus yang berpotensi Omicron di Indonesia pada Kamis (16/12) pagi. Satu kasus yang sudah terkonfirmasi ini terdeteksi pada seorang petugas kebersihan yang bekerja di RS Wisma Atlet, Jakarta.
Temuan tersebut direspons negatif oleh para pelaku pasar saham. Setelah pengumuman pemerintah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung terjun ke zona merah hingga kembali ke bawah level 6.600.
Hingga akhir perdagangan, IHSG tercatat turun 0,47% ke posisi 6.594,80 dengan level terendah di 6.579,36. Padahal, pada awal perdagangan hingga sekitar pukul 11.00 WIB, IHSG masih berada di zona hijau dan sempat menyentuh level tertinggi di 6.661,95.
Baca Juga: IHSG Turun Akibat Omicron, Bagaimana Proyeksi Hingga Akhir Tahun?
Analis Trimegah Sekuritas Rovandi menilai, sentimen kasus Covid-19 varian Omicron memang menjadi salah satu kekhawatiran pelaku pasar. Akan tetapi, menurutnya, pasar kali ini lebih siap menghadapi dampak varian baru tersebut.
Dia memperkirakan, penurunan IHSG hanya akan berada di kisaran 1%-2% dengan support penahan IHSG di level 6.500. "Pasalnya, faktanya hingga kini, yang meninggal karena varian Omricon baru satu orang di dunia," kata Rovandi saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (16/12).
Analis FAC Sekuritas Indonesia Patrick Jorghy Manek juga menilai, penurunan IHSG pada hari ini disebabkan oleh kepanikan pasar akibat masuknya varian Omicron ke Indonesia. Terlebih lagi, kebijakan The Fed untuk mempercepat tapering juga masih membayangi pasar saham dalam negeri.
Baca Juga: IHSG Hari Ini Terkoreksi Akibat Omicron, Bagaimana Proyeksi untuk Jumat (16/12)?
Meskipun begitu, prospek IHSG diprediksi akan tetap bagus. FAC Sekuritas Indonesia pun tetap mempertahankan target awal IHSG akhir tahun di area 6.800.
Rovandi melihat, sentimen ini tidak akan berlangsung lama meski kemungkinan turut memengaruhi kekuatan sentimen window dressing di akhir tahun. Kemudian, saat memasuki sentimen January Effect, sentimen kasus Omicron diprediksi sudah hilang dengan catatan tidak adanya perkembangan baru atau tidak terjadi kenaikan signifikan di jumlah korban.
Patrick menambahkan, lama waktu sentimen kasus Omicron ini akan dipengaruhi oleh kebijakan penanganan yang akan dilakukan pemerintah. "Meskipun begitu, kami meyakini masuknya varian Omricon ke Indonesia saat ini tidak akan memiliki dampak yang sama seperti saat virus corona pertama kali muncul di Indonesia," ungkap Patrick.
Dia pun melihat sentimen window dressing masih akan tetap mewarnai IHSG di akhir tahun 2021 dengan probabilitas di atas 60%. Mengingat, secara historikal, IHSG selalu mengalami kenaikan di bulan Desember.
Baca Juga: IHSG Turun 0,47% Pada Kamis (16/12), Net Sell Asing Mencapai Rp 735 Miliar
"Akan tetapi, itu semua juga harus didukung dengan sentimen positif lain dan upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi situasi saat ini," imbuh Patrick.
Menurut dia, dengan masuknya varian Omricon ke Indonesia, sektor saham yang akan mendapat pengaruh positif adalah sektor kesehatan. Sementara sektor yang mungkin akan mengalami kesulitan adalah sektor perbankan dan sektor riil.
Pasalnya, jika kasus Omicron terus bertambah, pemerintah bisa saja kembali mengetatkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Kondisi tersebut akan menyulitkan kegiatan usaha yang pada akhirnya mengakibatkan penurunan kredit dan peningkatan kredit macet.
Oleh sebab itu, menurutnya, saham-saham sektor kesehatan menarik untuk dilirik. Ia merekomendasikan buy KLBF dengan target harga Rp 1.800 per saham, IRRA Rp 2.300 per saham, KAEF Rp 2.800 per saham, dan SAME Rp 500 per saham. Sebaliknya, untuk saham bank dan sektor riil, ia menyarankan investor untuk wait and see terlebih dahulu sambil melihat perkembangan kasus varian Omicron.
Baca Juga: IHSG Melemah 0,47% ke 6.594 Pada Akhir Perdagangan Kamis (16/12)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News