Reporter: Dityasa H Forddanta |
JAKARTA. Tren penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih terus terjadi. Bahkan, hari ini, (27/6), indeks kembali ditutup anjlok 159,8 poin atau 3,7% ke 3.967,84. Lantas, sampai kapan tren penurunan ini terus terjadi?
Fajar Hidajat, Chief Investment Officer Director CIMB Principal Asset Management, mengatakan, ada tiga hal yang menjadi indikator kapan IHSG bisa kembali rebound. "Indikatornya adalah, kestabilan nilai tukar rupiah, inflasi, serta yield Surat Utang Negara (SUN)," tambahnya.
Lebih lanjut Fajar menjelaskan, fluktuasi IHSG mulai mereda ketika pergerakan rupiah sudah tidak volatile seperti ini. Rupiah ada di level berapa pun tak masalah, asal diam di posisi tertentu, tidak terus bergerak seperti saat ini.
Lalu, yang kedua masalah inflasi. Saat ini, investor sedang mencari masa peak (puncak) inflasi. Jika posisi puncak itu sudah tercapai, maka investor berpotensi kembali masuk ke pasar.
Sementara yang terakhir soal yield obligasi. Penurunan yield menandakan adanya kepastian sarana investasi sudah kembali dari emas, dan surat berharga yang sifatnya aman (heaven) ke pasar modal sehingga jadi titik pelemahan IHSG tidak akan berlanjut lagi.
"Dari awal tahun sampai dengan sekarang Yield SUN sudah menaik sebanyak 300 basis poin sehingga menjadi 8% dalam tenor 10 tahun. Jika yield SUN sudah mulai menurun maka memberikan peluang bagi investor untuk masuk," papar Fajar.
Tapi, lanjut Fajar, jangan lupakan sentimen yang datang dari rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada 18 September mendatang yang menentukan pembelian obligasi oleh The Fed dari yang selama ini sebesar US$85 miliar dan kabarnya akan dikurangi menjadi US$65 per bulan.
"Andai dibatasi hanya menjadi US$80 miliar saja, sentimen positif bisa kembali menghampiri IHSG," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News